Kamis, 25 November 2010


POHON MA'RIFAT


Syeikh Ahmad ar-Rifa’y

Rasulullah Saw bersabda:
“Aku datangi pintu surga di hari qiyamat, lalu aku dibukakan. Maka sang penjaga syurga bertanya, “Siapa anda?” Aku katakan, “Muhammad,”. Lalu dia berkata, “Demi dirimulah aku diperintahkan agar tidak membuka (pintu surga) bagi siapa pun sebelum dirimu…”

Ahlul Ilmi Billah (para Ulama Billah) telah mengetahui bahwa surga adalah pintu kebajikan Ilahi yg abadi. Tidak akan dibuka kecuali dibuka oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw, dan dialah sang pembuka bagi kebaikan dunia dan akhirat. Mengetahui akan perilakunya merupakan rahasia pengetahuan pada Allah Ta’ala. Siapa yg ingin dibukakan pintu-pintu kebaikan dunia dan akhirat, ia harus menggantung padanya. Karena disana tersembunyi rahasia ma’rifat.

Hakekat ilmu ma’rifat
Ilmu ma’rifat adalah ilmu tentang Allah Ta’ala. Yaitu Cahaya dari Cahaya-cahaya Yang Maha Agung, dan perilaku dari berbagai perilaku utama.

Dgn pengetahuan ma’rifat itu Allah memuliakan hati para ulama’,lalu Allah merias dgn keindahanNya dan keagunganNya.
Dgn ma’rifat pula, Allah mengistimewakan ahli kewalian dan pecintaNya.

Dgn ma’rifat, Allah memuliakannya di atas seluruh ilmu manapun. Manusia, mayoritas alpa atas kemuliaan ma’rifat, bodoh atas kelembutan-kelembutan ma’rifat,lupa atas keagungan getarannya, apalagi mereka juga lupa atas makna-makna terdalamnya, yg tak akan ditemui kecuali oleh orang yg memiliki hati yg berserasi denganNya.

Ilmu ma’rifat ini merupakan asas, dasar, dimana seluruh ilmu pengetahuan dibangun. Dengannya pula kebajikan dua rumah dunia dan akhirat tergapai, kemuliaan terengkuh.
Dgn ilmu ma’rifat, aib-aib diri terkuak.Anugerah Ilahi dikenal,keagunganNya diketahui, begitu pula keparipurnaan KuasaNya.

Dgn ilmu ma’rifat itu, rahasia hamba terbang dgn sayap-sayap ma’rifat, dalam kelembutan sutera Qudrat, berjalan menuju pangkal kemuliaan. Berwisata di taman Al-Quds. Maka seluruh ilmu ketika tidak berpadu dgn ma’rifat tidak akan pernah sempurna. Dan amal perbuatan tidak akan rusak kecuali jika ilmu ma’rifat itu sirna.

Tak ada yg menghuni pengetahuan itu kecuali hati yg dipandang oleh Allah, dgn pandangan Kasih Sayang.Lalu Allah meneteskan hujan penghayatan / pemahaman yg dalam,lalu menabur aroma yaqin dan kecerdasan.Allah menjadikannya sebagai tempat akal dan firasat, menyucikannya dari kotoran kebodohan dan kealpaan, meneranginya dgn cahaya ilmu dan hikmah. Allah swt berfirman:
Allah meninggikan derajat orang2 yg beriman dari kalian, dan orang2 yg diberi ilmu (tentang Allah).

Setiap arif pastilah takut penuh rasa cinta dan bertaqwa menurut kadar pengetahuannya pada Allah ta’ala, karena firmanNya:“Sesungguhnya yg takut penuh cinta pada Allah dari hamba-hambaNya adalah para Ulama (billah)”.

Dgn cahayaNya godaan syetan bisa dikenal, sekaligus bisa menjadi pertahanan atas tindak maksiat dan dosa, peringatan bagi bencana-bencana hasrat.Allah swt, berfirman:
“Bukankah orang yg dilapangkan dadanya oleh Allah bagi Islam adalah orang yg berada dalam pancaran cahaya Tuhannya?”
“Siapa pun yg Allah tidak menjadikan baginya cahaya, maka baginya tidak mendapatkan cahaya.”

Dalam hadits dijelaskan, “Sebagian ilmu ada yg seperti perbendaharaan terpendam, dimana tidak diketahui kecuali oleh ahlul ilmi (Ulama) Billah, dan tidak diingkari kecuali oleh kalangan yg terkena tipu daya.
Ada seseorang datang kepada Nabi saw, lalu bertanya, “Amal apakah paling utama?” Nabi saw, menjawab, “Ma’rifatullah/Mengetahui Allah.”

Hamba-hamba utama
Diriwayatkan bahwa Nabi Musa as, bermunajat, “Ya Tuhan, manakah hamba-hamba paling banyak kebajikannya dan paling tinggi derajatnya dihadapanMu?” Allah menjawab, “Yang paling mengetahuiKu…”
Imam Ali bin Abi Thalib Karromallahu wajhah mengatakan, “Orang yg paling tahu Allah, adalah yg paling dahsyat pengagungannya, karena menghormati Laa Ilaaha Illallah…”
Abu ad-Darda’ ra, menegaskan, “Siapa yg bertambah ilmunya tentang Allah, akan bertambah rasa malunya…”

Diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala memberi wahyu kepada Nabi Dawud as,
“Wahai Dawud, engkau tahu ilmu yg bermanfaat?”
“Oh Tuhanku, apakah ilmu yg bermanfaat itu?” jawab Dawud.
“Hendaknya engkau mengenal KebesaranKu, KeagunganKu, KetaktertandingiKu, dan Kesempurnaan KuasaKu atas segala sesuatu. Itulah yg membuatmu dekat padaKu. Dan Aku tidak menyilahkan orang yg bertemu denganKu dgn kebodohan…” jawab Allah Ta’ala.

Muhammad bin al-Fadhl as-Samarqandy ra, ditanya, “Apakah yg disebut mengetahui Allah itu?”
“Hendaknya anda melihat bahwa ketentuanNya pada makhluk itu pasti, segala mudharat, manfaat, kemuliaan dan kehinaan itu dariNya. Dan anda melihat diri anda hanya untuk Allah. Segala sesuatu ada di GenggamanNya. Jangan memilih pilihan dari dirimu, bukan pilihanNya, dan anda berbuat benar-benar hanya bagi ikhlas Allah.” jawab beliau.

Hai anak-anakku sekalian…tekunlah dalam menggali ilmu rahasia. Anda harus membenci dunia, dan kenalilah kehormatan orang-orang saleh. Hukumi perkaramu untuk kematian.Allah Ta’ala berfirman:
“Dan katakanlah, “Tuhanku, tambahilah diriku ilmu..”
“Dan Allah memberikan ilmu padamu, pengetahuan yg belum pernah engkau tahu.”
“Dan Kami telah memberikan pengajaran ilmu kepadanya dari Sisi Kami.”
“Orang-orang yg berjuang tekun di dalam Kami, maka Kami akan memberikan petunjuk jalan-jalan kami…”

Betapa banyak orang yg meriwayatkan hadits, tetapi dia bodoh terhadap Allah.
Sesungguhnya ilmu ma’rifat itu merupakan anugerah Allah Ta’ala, diberikan olehNya kepada orang yg dipilih dari makhlukNya, dan dipilihnya untuk dekat denganNya.

Dalam hadits disebutkan, “Ilmu itu ada dua: Ilmu ucapan, yaitu argumentasi Allah atas hamba-hambaNya. Dan ilmu hati, yaitu ilmu yg tinggi, dimana seorang hamba Allah tak pernah merasa takut dan cinta pada Allah, kecuali dgn ilmu itu.”
Beliau nabi saw, juga bersabda:
“Yang paling dalam rasa takut dan cintanya kepada Allah adalah yg paling mengenal Allah.”

Derajat Ulama
Sufyan At-Tsaury mengatakan: Ulama itu terbagi jadi tiga:
1. Orang alim yg tahu perkara Allah, tapi tidak tahu Allah. Itulah alim yg dusta, yg tidak layak baginya kecuali neraka!
2. Orang alim yg mengenal Allah, tapi tidak mengenal perkara Allah, itulah alim yg masih kurang.
3. Orang alim yg mengenal Allah dan mengenal perkara Allah, itulah yg disebut Ulama sempurna.

Sebagaian orang arif ditanya, “Apa jalan ma’rifat pada Allah itu?”
“Allah tidak dikenal dgn segala sesuatu. Tetapi segala sesuatu dikenal melalui Allah, sebagaimana Dzun Nuun al-Mishry ra, mengatakan, ‘Aku mengenal Allah melalui Allah, dan mengenal selain Allah melalui Cahaya Allah.” Jawabnya.

Nabi Ibrahim as, bermunajat, “Ilahi, jika bukan karena Engkau, bagaimana aku mengenal siapa DiriMu..”

Hal senada juga disampaikan Rabiah al-Adawiyah, ketika bertanya kepada Dzun Nuun al-Mushry ra, “Bagaima engkau kenal Allah?”
“Allah melimpahi rizki rasa malu padaku, dan memberikan pakaian muroqobah padaku. Ketika aku susah dgn musibah, aku mengingat kebesaran Allah, lalu aku sangat malu padaNya..”, jawab Dzun Nuun.

Pohon Mari’fat
Metafora Ma’rifat itu seperti pohon yg memiliki enam cabang. Akarnya kokoh di bumi yaqin dan pembenaran, dan cabang-cabangnya tegak dgn iman dan tauhid.

Cabang pertama: Khauf (rasa takut) dan Raja’ (harapan pada anugerah-rahmatNya) yg disertai dgn cabang perenungan.

Cabang kedua : berlaku benar dan serasi dgn kehendak Allah, yg disertai dgn cabang Ikhlas.

Cabang ketiga : Khasysyah (takut penuh cinta) dan menangis, yg disertai dgn cabang Taqwa.

Cabang keempat: Qana’ah (menerima pemberian Allah) dan ridlo, yg disertai cabang Tawakkal.

Cabang kelima : Pengagungan dan rasa malu yg disertai dgn cabang ketentraman.

Cabang keenam : Istiqomah dan berselaras dgn Allah yg disertai dgn cabang cinta dan kasih.

Setiap cabang dari masing-masing akan bercabang pula sampai tiada hingga dalam jumlah kebaikan, dalam tindakan benar dan perbuatan, kemesraan berdekat –dekat dgn Allah, kesunyian Qurbah, kebeningan waktu dan segala sepadan yg tak bisa disifati oleh siapa pun jua.

Di setiap cabang yg ada akan berbuah berbagai macam, yg satu sama lainnya tidak sama, rasanya, yg di bawahnya ada cahaya-cahaya taufiqNya, yg mengalir dari sumber anugerah dan pertolonganNya. Dalam hal ini manusia berpaut-paut dalam derajat dan berbeda-beda dalam kondisi ruhani.

Diantara mereka :
1. Ada yg mengambil cabangnya saja, tapi alpa dari akarnya, tertutup dari pohonnya dan tertirai dari rasa manis buahnya.
2. Ada yg hanya berpegang teguh pada cabangnya belaka.
3. Ada yg pula yg berpegang pada akar aslinya, dan meraih semuanya (pohon, cabang dan buah) tanpa sedikit pun menoleh pada semuanya, tetapi hanya memandang yg memilikinya, Sang Penciptanya.

Siapa yg tak memiliki cahaya dalam lampu pertolongan Ilahi, walaupun telah mengumpulkan, mengkaji semua kitab dan hadits, kisah-kisah, maka tidak akan bertambah kecuali malah jauh dan lari dari Allah, sebagaimana keledai yg memikul buku-buku.
Ada seseorang yg datang kepada Imam Ali Karromallahu Wajhah:
“Ajari aku tentang ilmu-ilmu rahasia…”pintanya.
“Apa yg kau perbuat perihal ilmu utama?” kata imam Ali.
“Apakah pangkal utama ilmu?” orang itu balik bertanya.
“Apakah kamu mengenal Tuhanmu?” Tanya beliau.
“Ya..” jawabnya.
“Apa yg sudah kau lakukan dalam menjalankan kewajibanNya?”
“Masya Allah…” jawab orang itu.
“Berangkatlah dan teguhkan dgn itu (hak dan kewajiban), jika kamu sudah kokoh benar, kamu baru datang kemari, kamu akan saya ajari ilmu-ilmu rahasia…” Jawab beliau.

Ada yg mengatakan, “Perbedaan antara ilmu ma’rifat dan ilmu lainnya adalah seperti perbedaan antara hidup dan mati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar