Rabu, 24 November 2010


ILMU DAN DZIKIR
Oleh: KH. M. Zein ZA. Bazul Asyhab
(Khidmat Manaqib Suryalaya September 2000)

Allah berfirman dalam Al-Quran yang artinya : Bahwa Aku turunkan al-Dzikr (Al-Quran). Dari ayat ini mempunyai pengertian bahwa seluruh Al-Quran adalah dzikir, dari mulai kata sampai huruf bahkan titiknya pun adalah dzikir. Baik yang tertulis secara harfiah maupun maknawiyah. Tetapi hal ini jangan dipahami bahwa orang yang telah mengamalkan dzikir tidak usah membaca Al-Quran. Karena itu, adalah pemahaman yang sempit, eksklusif dan ditunggangi oleh syetan dan nafsu. Di dalam surat Shaad ayat 1 dikatakan bahwa Al-Quran adalah memiliki dzikir.
Sebagai contoh, dalam surat al-Mu’ minun ayat 1-9, Allah berfirman yang artinya : “Orang-orang yang beriman pasti akan berbahagia (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang pasrah menjauhkan diri dari perkara-perkara yang sia-sia dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali dengan isteri atau budak yang mereka miliki, maka mereka dalam hal ini tidak tercela. Barang siapa yang dibalik itu (zina, Homosexueel, dll), maka mereka itu orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat yang dipikulnya dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya”.
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa untuk menjadi orang bahagia harus memenuhi kriteris yang telah disebutkan dalam ayat 2-9.

Dalam memenuhi kriteria terkait dengan berbagai disiplin ilmu, diantaranya :
  1. Ilmu Tauhid, untuk mengesakan Allah dan menentukan arah yang satu yaitu dengan mengtahui sifat-sifat kesempurnaan Allah dan rasul-Nya dan lain-lain.
  2. Ilmu Fiqh, untuk mengatur sah atau tidaknya yaitu dengan melihat syarat dan rukun dari pekerjaan-pekerjaan tersebut.
  3. Ilmu Tasawwuf, untuk mengupayakan pembersihan hati dari berbagai macam penyakit, supaya dalam melaksanakan ibadahnya menjadi ikhlas. Yaitu dengan belajar dzikir melalui suatu tarekat. Baik dzikir jahar maupun khafi supaya mampu mengendalikan nafsu dan mengalahkan syetan juga mengendalikan hati. Dengan dibimbing oleh seorang Guru Mursyid yang mempunyai peranan sangat penting dalam membimbing rohani muridnya dari godaan syetan dan nafsu.


Dengan penggabungan tersebut, maka akan mampu shalat dengan khusyu’, akan terhindar dari hal-hal yang sia-sia, tidak sulit dalam mengeluarkan zakat, amanat dan janjinya, juga memelihara sembahyangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar