Rabu, 22 Desember 2010

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh 

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh 

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh 

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

 

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

 

 

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh 

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh 

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh 

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

GUNUNG MENANGIS....................


Pada suatu hari Uqa'il bin Abi Thalib telah pergi bersama-sama dengan Nabi Muhammad S.A.W. Pada waktu itu Uqa'il telah melihat berita ajaib yang menjadikan tetapi hatinya tetap bertambah kuat di dalam Islam dengan sebab tiga perkara tersebut. Peristiwa pertama adalah, bahwa Rasulullah S.A.W akan mendatangi hajat yakni mebuang air besar dan di hadapannya terdapat beberapa batang pohon. Maka baginda S.A.W berkata kepada Uqa'il, "Hai Uqa'il teruslah engkau berjalan sampai ke pohon itu, dan katalah kepadanya, bahwa sesungguhnya Rasulullah berkata; Agar kamu semua datang kepadanya untuk menjadi aling-aling atau penutup baginya, kerana sesungguhnya baginda akan mengambil air wuduk dan buang air besar."
Uqa'il pun keluar dan pergi mendapatkan pohon-pohon itu dan sebelum dia menyelesaikan tugas itu ternyata pohon-pohon suda tumbang dari akarnya serta sudah mengelilingi di sekitar baginda S.A.W selesai dari hajatnya. Maka Uqa'il kembali ke tempat pohon-pohon itu.
Peristiwa kedua adalah, bahwa Uqa'il berasa haus dan setelah mencari air ke mana pun jua namun tidak ditemui. Maka baginda S.A.W berkata kepada Uqa'il bin Abi Thalib, "Hai Uqa'il, dakilah gunung itu, dan sampaikanlah salamku kepadanya serta katakan, "Jika padamu ada air, berilah aku minum!"

Uqa'il lalu pergilah mendaki gunung itu dan berkata kepadanya sebagaimana yang telah disabdakan baginda itu. Maka sebelum ia selesai berkata, gunung itu berkata dengan fasihnya, "Katakanlah kepada Rasulullah, bahwa aku sejak Allah S.W.T menurunkan ayat yang bermaksud : ("Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu beserta keluargamu dari (seksa) api neraka yang umpannya dari manusia dan batu)." "Aku menangis dari sebab takut kalau aku menjadi batu itu maka tidak ada lagi air padaku."

Peristiwa yang ketiga ialah, bahwa ketika Uqa'il sedang berjalan dengan Nabi, tiba-tiba ada seekor unta yang meloncat dan lari ke hadapan rasulullah, maka unta itu lalu berkata, "Ya Rasulullah, aku minta perlindungan darimu." Unta masih belum selesai mengadukan halnya, tiba-tiba datanglah dari belakang seorang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus.Melihat orang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus.
Melihat orang Arab kampung itu, Nabi Muhammad S.A.W berkata, "Hendakl mengapakah kamu terhadap unta itu ?"

Jawab orang kampungan itu, "Wahai Rasulullah, aku telah membelinya dengan harta yang mahal, tetapi dia tidak mahu taat atau tidak mau jinak, maka akan kupotong saja dan akan kumanfaatkan dagingnya (kuberikan kepada orang-orang yang memerlukan)." Rasulullah S.A.W bertanya, "Mengapa engkau menderhakai dia ?"
Jawab unta itu, "Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak menderhakainya dari satu pekerjaan, akan tetapi aku menderhakainya dari sebab perbuatannya yang buruk.. Kerana kabilah yang dia termasuk di dalam golongannya, sama tidur meninggalkan solat Isya'. Kalau sekiranya dia mahu berjanji kepada engkau akan mengerjakan solat Isay' itu, maka aku berjanji tidak akan menderhakainya lagi. Sebab aku takut kalau Allah menurunkan seksa-Nya kepada mereka sedang aku berada di antara mereka."

Akhirnya Nabi Muhammad S.A.W mengambil perjanjian orang Arab kampung itu, bahwa dia tidak akan meninggalkan solat Isya'. Dan baginda Nabi Muhammad S.A.W menyerahan unta itu kepadanya. Dan dia pun kembali kepada keluarganya.

Sulaiman dan Qarun


Manusia sangat menyukai kesenangan dunia, baik berupa kesehatan, harta, keturunan, ataupun kedudukan. Mereka sangat membanggakannya dan menjadikannya sebagai parameter kesuksesan hidup. Oleh sebab itu mereka sangat bersedih dan bahkan berputus asa tatkala kesenangan itu lenyap darinya. Mereka tidak bisa menjadi sosok hamba yang bersabar ketika mendapatkan musibah yang ditakdirkan-Nya.

Sebaliknya, tatkala berhasil mendapatkan kembali nikmat dunia yang sebelumnya luput darinya, mereka merasa seolah-olah dirinyalah orang yang paling berhak menikmatinya. Mereka juga meremehkan dan melecehkan orang lain yang ada di sekitarnya karena tidak memiliki ‘kemuliaan’ seperti yang didapatkannya. Mereka pun ternyata tidak bisa menjadi sosok hamba yang pandai bersyukur kepada Rabbnya atas nikmat yang telah dilimpahkan oleh-Nya.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan jika Kami berikan rahmat Kami kepada manusia, kemudian (rahmat itu) Kami cabut kembali, pastilah dia menjadi putus asa dan tidak berterima kasih. Dan jika Kami berikan kebahagiaan kepadanya setelah ditimpa bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata; ‘Telah hilang bencana itu dariku.’ Sesungguhnya dia (merasa) sangat gembira dan bangga, kecuali orang-orang yang sabar, dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Hud: 9-11).

Di dalam ayat yang mulia ini, Allah menceritakan tentang tabiat buruk manusia yang bodoh lagi suka melakukan kezaliman. Tatkala Allah menganugerahkan kepadanya sebagian dari rahmat-Nya berupa kesehatan, rezeki yang melimpah atau anak-anak yang menyenangkan hati dan semacamnya lalu Allah pun mencabut hal itu darinya, dia bersikap putus asa dan berpangku tangan saja, dia tidak mengharapkan pahala dari Allah (atas musibahnya). Tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa kelak Allah akan mengembalikan sesuatu yang hilang itu kepada dirinya, menggantikannya dengan yang serupa atau bahkan sesuatu yang lebih baik darinya.

Demikian pula, apabila Allah melimpahkan kepadanya rahmat/kemudahan setelah dirundung kesulitan maka diapun terlalu gembira dan berbangga diri. Dia mengira bahwa keadaan itu akan terus-menerus dialaminya, sampai-sampai dia berkata, “Semua bencana telah luput dariku.” Ini menunjukkan dirinya terlalu gembira dan berbangga-bangga. Dia merasa senang dengan suatu karunia/nikmat yang cocok dengan hawa nafsunya. Dia merasa angkuh dengan kenikmatan yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Itulah yang membuatnya semakin congkak, sombong, ujub akan diri sendiri dan angkuh kepada orang lain, suka merendahkan dan melecehkan mereka. Aib manakah yang lebih parah daripada sifat semacam ini?

Inilah karakter yang melekat pada jiwa manusia kecuali orang-orang yang diberi taufik oleh Allah untuk bersabar ketika mendapatkan musibah -sehingga tidak berputus asa- dan bersyukur ketika mendapatkan nikmat -sehingga dia tidak bersikap angkuh- dan dia pun mengerjakan amal-amal salih yang wajib maupun yang sunnah. Mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan ampunan atas dosa-dosanya dan mendapatkan balasan pahala yang sangat besar berupa surga beserta segala macam kenikmatan yang diinginkan jiwa manusia (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 396. cet. Dar al-Hadits)

Contoh sosok manusia yang larut dengan ‘keberhasilan’nya dan angkuh dengan kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya adalah Qarun. Dia berkata dengan nada sombong dan angkuh, sebagaimana diceritakan dalam ayat (yang artinya), “Dia (Qarun) berkata, ‘Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.’…” (QS. al-Qashash: 78).


Dia mengira bahwa dirinya memang orang yang berhak dan paling pantas untuk mendapatkan itu semua. Sehingga dia pun menolak mentah-mentah nasehat dari kaumnya untuk tidak dihanyutkan oleh kesenangan dunia sehingga melupakan urusan akherat. Dalam pandangannya, kekayaan materi itulah bukti pemuliaan dan kecintaan Allah kepada dirinya. Allah tidak tinggal diam terhadap hal ini. Allah membantah persangkaan Qarun ini dengan firman-Nya (yang artinya), “Tidakkah dia (Qarun) tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta…” (QS. al-Qashash: 78). (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 684. cet. Dar al-Hadits)

Berbeda halnya dengan sosok yang mengerti akan dirinya dan memahami keagungan Rabbnya. Maka dia akan mengakui bahwa nikmat yang dia peroleh adalah ujian dari Rabbnya. Sehingga dia pun merasa khawatir kalau-kalau tidak bisa menunaikan syukur kepada-Nya dengan sebaik-baiknya. Inilah keletadanan yang dicontohkan oleh Nabi Sulaiman ‘alaihis salam, sebagaimana disebutkan dalam ayat (yang artinya), “Maka ketika dia (Sulaiman) melihat Singgasana (Ratu Balqis) itu terletak di hadapannya, dia pun berkata; ‘Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia besyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya Mahamulia.’.” (QS. an-Naml: 40). (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 662. cet. Dar al-Hadits)

Sekarang, marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri; apakah kita termasuk pengikut keteladanan Sulaiman ‘alaihis salam ataukah pengekor kesesatan Qarun dan orang-orang yang sejalan dengannya. Wallahul muwaffiq. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

KISAH DAN TELADAN


Suatu ketika tatkala Rasulullah S.A.W sedang bersiap di medan perang Uhud, tiba-tiba terjadi hal yang tidak terduga. Seorang lelaki yang bernama Amar bin Thabit telah datang menemui baginda. Dia rupanya ingin masuk Islam dan akan ikut perang bersama Rasulullah S.A.W. Amar ini berasal dari Bani Asyahali. Sekalian kaumnya ketika itu sudah Islam setelah tokoh yang terkenal Saad bin Muaz memeluk Islam. Tetapi Amar ini enggan mengikut kaumnya yang ramai itu. Keangkuhan jahiliyyah menonjol dalam jiwanya, walaupun dia orang baik dalam pergaulan. Waktu kaumnya menyerunya kepada Islam, ia menjawab, "Kalau aku tahu kebenaran yang aku kemukakan itu sudah pasti aku tidak akan mengikutnya." Demikian angkuhnya Amar.

Kaum Muslimin di Madinah pun mengetahui bagaimana keanehan Amar di tengah-tengah kaumnya yang sudah memeluk Islam. Ia terasing sendirian, hatinay sudah tertutup untuk menerima cahaya Islam yang terang benderang. Kini dalam saat orang bersiap-siap akan maju ke medan perang, dia segera menemui Nabi S.A.W, menyatakan dirinya akan masuk Islam malah akan ikut berperang bersama angkatan perang di bawah pimpinan Nabi S.A.W. Pedangnya yang tajam ikut dibawanya.
Nabi S.A.W menyambut kedatangan Amar dengan sangat gembira., tambah pula rela akan maju bersama Nabi Muhammad S.A.W. Tetapi orang ramai tidak mengetahui peristiwa aneh ini, kerana masing-masing sibuk menyiapkan bekalan peperangan. Di kalangan kaumnya juga tidak ramai mengetahui keIslamannya. Bagaimana Amar maju sebagai mujahid di medan peperangan. Dalam perang Uhud yang hebat itu Amar memperlihatkan keberaniannya yang luar biasa. Malah berkali-kali pedang musuh mengenai dirinya, tidak dipedulikannya. Bahkan dia terus maju sampai saatnya dia jatuh pengsan.

"Untuk apa ikut ke mari ya Amar !" Demikian tanya orang yang heran melihatnya, sebab sangka mereka dia masih musyrik. Mereka kira Amar ini masih belum Islam lalau mengikut saja pada orang ramai. Dalam keadaan antara hidup dan mati itu Amar lalu berkata, "Aku sudah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu aku siapkan pedangku dan maju ke medan perang. Allah akan memberikan syahidah padaku dalam waktu yang tidak lama lagi."
Amar meninggal. Rohnya mengadap ke hadrat Illahi sebagai pahlawan syahid. Waktu hal ini diketahui Rasul S.A.W, maka baginda pun bersabda,, "Amar itu nanti akan berada dalam syurga nantinya." Dan kaum Muslimin pun mengetahui akhir hayat Amar dengan penuh takjub, sebab di luar dugaan mereka. Malah Abu Hurairah r.a sahabat yang banyak mengetahui hadith Nabi S.A.W berkata kaum Muslimin, "Cuba kamu kemukakan kepadaku seorang yang masuk syurga sedang dia tidak pernah bersyarat sekalipun juga terhadap Allah."

"Jika kamu tidak tahu orangnya." Kata Abu Hurairah r.a lagi, lalu ia pun menyambung, ujarnya, "Maka baiklah aku beritahukan, itulah dia Amar bin Thabit."
Demikianlah kisah seorang yang ajaib, masuk syurga demikian indahnya. Ia tidak pernah solat, puasa dan lain-lainnya seperti para sahabat yang lain, sebab dia belum memeluk Islam. Tiba-tiba melihat persiapan yang hebat itu, hatinya tergerak memeluk Islam sehingga ia menemui Nabi S.A.W . Ia menjadi Muslim, lalu maju ke medan perang, sebagai mujahid yang berani. Akhirnya tewas dia dengan mendapat syahadah iaitu pengakuan sebagai orang yang syahid. Mati membela agama Allah di medan perang. Maka syurgalah tempat bagi orang yang memiliki julukan syahid. Nabi S.A.W menjamin syurga bagi orang seperti Amar ini.

Kisah Ahli Kubur


Karena tidak mampu mencatat amal buruknya di hadapan malaikat kubur, seorang ahli kubur dipukul palu besar oleh malaikat.
Orang tersebut menyesal karena di dunia dihabiskan untuk bermaksiat.


Diriwayatkan dari Abdillah bin Salam bahwa sebelum malaikat Munkar dan Nakir masuk ke dalam kubur dan menemui ahli kubur, ada malaikat yang mendatanginya dengan wajah yang bercahaya bagaikan matahari, malaikat tersebut bernama Ruman.
Dia masuk dan menemui jenazah dan mendudukkannya.

"Tulislah amalmu dari yang terbaik sampai yang terjelek," kata malaikat RUman.
"Wahai malaikat, dengan apa aku menulis, mana pena, tinta dan tempatnya?" tanya si mayit.
"Tintanya adalah lidahmu dan penanya adalah jarimu," jawab malaikat.
"Lalu dimana aku harus menulis sedangkan aku tidak mempunyai selembar kertas pun," tanya si mayit itu lagi.

Pencatatan Amal
Lalu malaikat Ruman itu memotong kain kafan si mayit itu dan memberikannya kepada si mayit.
"Inilah lembarannya, dan tulislah sekarang," jawab Malaikat Ruman.

Maka si mayit pun menulis apa yang pernah diperbuatnya ketika hidup di dunia.
Berbagai ibadah yang baik-baik ditulis dengan detail oleh si mayit itu.
Namun ketika giliran mencatat perbuatan yang jelek, si mayit itu berhenti.

"Hai mayit, mengapa engkau berhenti menulis kelakuan jelekmu," kata malaikat Ruman.
"Aku malu terhadap sifat jelekku," jawab si mayit.
"Hai orang yang lalai (durhaka), kenapa engkau tidak malu pada penciptamu ketika engkau melakukannya di dunia dan sekarang engkau merasa malu kepadaku?" bentak Malaikat Ruman.

Si mayit tak mampu menjawab pertanyaan itu sehingga malaikat Ruman memukul tubuhnya dengan Gada (sejenis palu besar).
Si mayit pun mengerang kesakitan di dalam kubur.
Berulang kali gada itu mendarat di tubuh si mayit, namun si mayit masih tak sanggup menulis perbuatan jeleknya di dunia.

"Angkatlah gada itu dariku wahai malaikat, sehingga aku bisa menulisnya," kata si mayit meringis kesakitan.
Lalu dengan sambil menahan sakit, si mayit menulis perbuatan maksiatnya selama di dunia.
Ketika laporannya itu selesai, Malaikat Ruman menyuruhnya duduk untuk melipat kafan itu dan membubuhkan cap.

"Wahai malaikat, dengan apa aku memberi cap, sedangkan aku tidak mempunyai cap," kata si mayit kian menderita.
"Berilah cap dengan kukumu," jawab Malaikat Ruman.

Malu Kepada Allah SWT
Maka si mayit pun memberi cap dengan kukunya.
Malaikat Ruman menerima laporan itu lalu mengalungkannya ke leher si mayit sampai hari kiamat tiba.

Sebagaimana firman ALLAH SWT,
"Dan pada setiap manusia telah Kami tetapkan anak perbuatannya (sebagaiman tetapnya kalung) pada lehernya.Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang akan dijumpainya dalam keadaan terbuka."
(QS.Al-Israa:13).

Setelah itu masuklah malaikat Munkar dan Nakir.
Apabila si mayit tersebut ahli maksiat, dia akan melihat bukunya pada hari kiamat dan diperintahkan untuk membacanya.
Dia membaca kebaikannya dan ketika sampai pada kejelekannya dia diam.
Orang tersebut malu membaca perbuatan maksiatnya di hadapan Allah SWT.

"Saya malu kepada Engkau Ya Allah," kata orang ahli maksiat itu.
Lalu Allah SWT menyindir orang tersebut kenapa orang itu tidak malu kepada-Nya ketika di dunia.
Maka menyesallah hamba itu tapi penyesalan tiada berguna.
Na'uzubillah Min Zaliik.

Jin Sebahagian Tentera Nabi Sulaiman


...ulaiman bin Daud adalah satu-satunya Nabi yang memperoleh keistimewaan dari Allah SWT sehingga boleh memahami bahasa binatang. Dia boleh bicara dengan burung Hud Hud dan juga boleh memahami bahasa semut. Dalam Al-Quran surah An Naml, ayat 18-26 adalah contoh dari sebahagian ayat yang menceritakan akan keistimewaan Nabi yang sangat kaya raya ini.
Firman Allah,
Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata, “hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.

      Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tenteranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, “hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya, sedangkan mereka tidak menyedari.”
Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa kerana mendengar perkataan semut itu. Katanya,

Ya Rabbi, limpahkan kepadaku kurnia  untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; kurniakan padaku hingga boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh.”
(An-Naml: 16-19)

      Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor semut, “Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun?”
“Sebesar biji gandum,” jawabnya.
    Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu.
“Mengapa engkau hanya memakan sebahagian dan tidak menghabiskannya?” tanya Nabi Sulaiman.
“Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah,” jawab si semut. “Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahawa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Kerana itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya.”
    Nabi Sulaiman, walaupun ia sangat kaya raya, namun kekayaannya adalah nisbi dan terbatas. Yang Maha Kaya secara mutlak hanyalah Allah SWT semata-mata. Nabi Sulaiman, meskipun sangat baik dan kasih, namun yang Maha Baik dan Maha Kasih dari seluruh pengasih hanyalah Allah SWT semata. Dalam diri Nabi Sulaiman tersimpan sifat terbatas dan kenisbian yang tidak dapat dipisahkan; sementara dalam Zat Allah sifat mutlak dan absolut.
 
    Bagaimanapun kayanya Nabi Sulaiman, dia tetap manusia biasa yang tidak boleh sepenuhnya dijadikan tempat bergantung. Bagaimana kasihnya Nabi Sulaiman, dia adalah manusia biasa yang menyimpan kedaifan-kedaifannya tersendiri. Hal itu diketahui oleh semut Nabi Sulaiman. Kerana itu, dia masih tidak percaya kepada janji Nabi Sulaiman ke atasnya. Bukan kerana khuatir Nabi Sulaiman akan ingkar janji, namun khuatir Nabi Sulaiman tidak mampu memenuhinya lantaran sifat manusiawinya. Tawakal atau berpasrah diri bulat-bulat hanyalah kepada Allah SWT semata, bukan kepada manusia.


Golongan Jin Iri Hati Dengan Ratu Balqis

    Ratu Balqis adalah seorang wanita yang sangat cantik dan mempunyai akal yang cerdas, oleh sebab itulah golongan jin merasa iri hati dengannya. Mereka mengatakan bahawa Ratu Balqis itu mempunyai dua aib, pertama tubuhnya pendek dan kedua betisnya seperti betis unta.
    Maka Nabi Sulaiman memerintahkan supaya para Jin mengubah sedikit singgahsana Ratu Balqis, lalu beliau menyuruh pula membangun sebuah mahligai yang dibuat dari kaca. Bahagian bawah mahligai tersebut dan kelilingnya mengalir sungai-sungai dengan berisikan ikan-ikan, di atas air itu dibuat sebuah jambatan daripada kaca.
 
    Ketika Ratu Balqis dan rombongan tiba, Nabi Sulaiman bertanya kepadanya: “Apakah ini singgahsanamu? Ratu Balqis menjawab: Mungkin! Ia tidak mengatakan ya, kerana dilihatnya ada sedikit perubahan. Tetapi tidak mengatakan bukan, disebabkan ada sebahagian yang serupa dengan singgah-sananya. Dari jawapan Ratu Balqis itu, tahulah Nabi Sulaiman as bahawa ia adalah seorang wanita yang berakal sempurna serta bijaksana.
    Kemudian Nabi Sulaiman as menyuruh tamunya itu masuk ke dalam istana. Ketika Ratu Balqis melihat ke dalam istana, ia melihat seakan-akan ada aliran air, sehingga ia mengangkat kainnya, sehingga betisnya tersingkap. Nabi Sulaiman as melihat betisnya itu, maka tidak ada satu aibpun seperti yang disampaikan oleh golongan jin.
 
    Nabi Sulaiman berkata kepada Ratu Balqis: “Ini adalah sebuah mahligai yang licin, ia dibentuk daripada kaca.” ketika Ratu Balqis menyaksikan betapa hebatnya Nabi Sulaiman, ia berkata dalam hatinya: “Walaupun kerajaanku luas, singgahsanaku indah dan megah, bala tenteraku ramai, namun jika dibandingkan dengan semua yang aku saksikan ini, seakan-akan milikku tidak bererti.
    Kemudian ia berkata seperti yang diungkapkan di dalam Quran, firman Allah SWT surah An Naml ayat 44 bermaksud: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah Tuhan semesta alam.” Setelah itu Ratu Balqis pun berkahwin dengan Nabi Sulaiman as. Peristiwa pernikahan Nabi Sulaiman dengan Ratu Balqis ini terjadi pada hari Jumaat.
    Begitu besarnya kerajaan Nabi Sulaiman as. yang mana angin sebagai kenderaannya, manusia dan jin sebagai tenteranya, burung sebagai pembantu dan teman-teman bercakapnya, binatang-binatang buas sebagai buruhnya dan para malaikat sebagai utusannya.
 
    Nabi Sulaiman as mempunyai satu padang, sebahagian tanahnya terbuat daripada emas dan sebahagian lagi daripada perak. Jika tenteranya berbaris di padang itu, maka panjang barisan itu tidak kurang dari seratus parsakh. Sedangkan luas tempat tinggalnya adalah sebulan perjalanan.
    Kemudian golongan jin membuat untuknya sebuah permaidani daripada emas dan perak. Pada permaidani tersebut terdapat dua belas ribu mihrab, pada setiap mihrab terdapat kursi daripada emas dan perak, kemudian duduk di atas tiap-tiap kursi tersebut seorang yang alim dari ulamak Bani Israil.
    Pada setiap hari dimasak kira-kira seribu unta, empat ribu lembu dan empat puluh ribu kambing. Nabi Sulaiman juga mempunyai piring-piring yang besar bagaikan kolam dan periuk yang tetap berada di atas tungku.
Firman Allah SWT:
Para jin membuat untuk Nabi Sulaiman apa yang dikehendaknya dari bangunan yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang besarnya seperti kolam dan periuk yang tetap berada di atas tungku.(Saba’: 13)       Begitu besarnya nikmat dan kelebihan Nabi Sulaiman as. Namun begitu kelebihan dan kenikmatan umat Nabi Muhammad SAW yang beriman, di dalam Syurga nanti disediakan tempat-tempat tinggal dan darjat, kebun-kebun, sungai-sungai dan buah-buahan. Di dalamnya diperolehi segala sesuatu yang menyenangkan jiwa dan mata. Di dalamnya juga terdapat sesuatu yang tidak pernah terlintas oleh fikiran manusia.
    Dikisahkan bahawa serendah-rendah darjat tempat umat Nabi Muhammad SAW di dalam Syurga itu ialah seratus kali luas kerajaan Sulaiman as. Malah lebih baik, kerana Syurga adalah tempat yang abadi. Di dalamnya tidak ada matahari, kesejukan, kesakitan, kesusahan serta lain-lain penderitaan. Di Syurga adalah tempat yang abadi, kesenangan tanpa batas, pemberian tanpa dihitung, penerimaan tanpa ditolak.
    Ada Syurga yang dinamakan dengan Darussalam, di dalamnya mempunyai keselamatan tanpa adanya kebinasaan, kenikmatan tanpa malapetaka, kecintaan tanpa permusuhan, kemuliaan tanpa kehinaan serta bermacam-macam lagi kenikmatan yang sukar untuk diungkapkan.
    Kemudian Syurga Jannatunna’im. Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa disediakan di sisi Tuhan mereka Syurga kenikmatan. Di dalamnya para hamba-hamba-Nya bertempat tinggal, para nabi menjadi sahabatnya, tinggal kekal  dalamnya dengan kurnia yang berlimpah ruah. Tidak ada kesusahan di dalamnya, terdapat bidadari cantik dan jelita, mahligainya tinggi dan tempat yang luas.
    Syurga Firdaus, disediakan bagi orang-orang yang tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu, menjauhkan diri daripada perbuatan maksiat, tidak membuat kemungkaran serta menjalankan segala yang diperintahkan Allah SWT. Allah SWT menjadikan penghuni Syurga ini sebagai kekasihNya.
    Di dalam Syurga Firdaus terdapat empat sungai, iaitu sungai dari air tawar, sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai dari air arak yang lazat rasanya dan sungai air madu. Di dalamnya juga diperolehi berbagai macam buah-buahan. Ada lagi empat mata air iaitu: Salsabil, Zanjabil, Rohiiq dan Tasniim. Ada lagi dua mata air yang mengalir dan dua mata air yang memancar, iaitu Al-kaafuur dan Al-kautsar. Di dalamnya juga diperolehi segala sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati.
Firman Allah SWT:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.”
(Al-Qamar: 54-55)

Doa Abu Nawas


Ada saja cara Abu Nawas berdoa agar dirinya segera dapat jodoh dan menikah.
Kecerdasan otak serta semangatnya akhirnya berujung indah.
Ia mendapatkan istri yang cantik dan shalihah.

Berikut Kisah Trik Do'a Abu Nawas Minta Jodoh

Sehebat apapun kecerdasan Abu Nawas, ia tetaplah manusia biasa.
Kala masih bujangan, seperti pemuda lainnya, ia juga ingin segera mendapatkan jodoh lalu menikah dan memiliki sebuah keluarga.

Pada suatu ketika ia sangat tergila-gila pada seorang wanita.
Wanita itu sungguh cantik, pintar serta termasuk wanita yang ahli ibadah.
Abu Nawas berkeinginan untuk memperistri wanita salihah itu.
Karena cintanya begitu membara, ia pun berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.

Ya Allah, jika memang gadis itu baik untuk saya, dekatkanlah kepadaku.
Tetapi jika memang menurutmu ia tidak baik buatku, tolong Ya Allah, sekali lagi tolong...pertimbangkan lagi ya Allah," ucap doanya dengan menyebut nama gadis itu dan terkesan memaksa kehendak Allah.


STRATEGI DOA

Abu Nawas melakukan doa itu setiap selesai shalat lima waktu.
Selama berbulan-bulan ia menunggu tanda-tanda dikabulkan doanya.
Berjalan lebih 3 bulan, Abu Nawas merasa doanya tak dikabulkan Allah.
Ia pun introspeksi diri.

Mungkin Allah tak mengabulkan doaku karena aku kurang pasrah atas pilihan jodohku," katanya dalam hati.

Kemudian Abu Nawas pun bermunajat lagi.
Tapi kali ini ganti strategi, doa itu tidak diembel-embeli spesifik pakai nama si gadis, apalagi berani "maksa" kepada Allah seperti doa sebelumnya.

Ya Allah berikanlah istri yang terbaik untukku," begitu bunyi doanya.

Berbulan-bulan ia terus memohon kepada Allah, namun Allah tak juga mendekatkan Abu Nawas dengan gadis pujaannya.
Bahkan Allah juga tidak mempertemukan Abu Nawas dengan wanita yang mau diperistri.
Lama-lama ia mulai khawatir juga.
Takut menjadi bujangan tua yang lapuk dimakan usia.
Ia pun memutar otak lagi bagaimana caranya berdoa dan bisa cepat terkabul.

PAKAI NAMA IBU

Abu Nawas memang cerdas.
Tak kehabisan akal, ia pun merasa perlu sedikit "diplomatis" dengan Allah.
Ia pun mengubah doanya.

"Ya Allah, kini aku tidak minta lagi untuk diriku.
Aku hanya minta wanita sebagai menantu Ibuku yang sudah tua dan sangat aku cintai Ya Allah.
Sekali lagi bukan untukku Ya Tuhan.
Maka, berikanlah ia menantu," begitu doa Abu Nawas.


Dasar Abu Nawas, pakai membawa nama ibunya segala, padahal permintaanya itu tetap saja untuk dirinya.
Allah Maha Tahu, tidak perlu dipolitisir segala.

Tapi barangkali karena keikhlasan dan "keluguan" waliyullah Abu Nawas tersebut, Allah pun menjawab doanya.

Akhirnya Allah menakdirkan wanita cantik dan salihah itu menjadi istri Abu Nawas.
Abu Nawas bersyukur sekali bisa mempersunting gadis pujaannya.
Keluarganya pun berjalan mawaddah warahmah.

Sabtu, 18 Desember 2010

Laa illaaha ilalloh Laa illaaha ilalloh Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh 

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh 

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh 

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

Laa illaaha ilalloh

ADAB WANITA SHOLIHAH KELUAR RUMAH:



Wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah Swt, Rasul Nya, kedua ayah bundanya dan kepada suaminya (jika dia telah bersuami). Adab sopan santunya jauh berbeda dengan wanita-wanita yang tidak shalihah (wanita thalihat, jahat). Apabila dia keluar rumah maka dia akan memastikan dirinya benar-benar mengikuti sunnah Rasulullah Saw.

Dia tidak akan keluar rumah melainkan jika memakai pakaian yang menutup aurat, yaitu sebuah pakaian yang memenuhi ketentuan syari’at Islam, antara lain:

1. Menutupi seluruh tubuh badan.
2. Tebal dan tidak tipis (transparan).
3. Longgar dan tidak ketat.
4. Tidak diberi parfum atau minyak wangi yang kuat atau menyengat baunya.
5. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
6. Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita non Muslim (wanita kafir).
7. Pakaian yang dipakai adalah untuk tujuan ibadah kepada Allah Swt, bukan pakaian untuk menghias diri atau pamer kecantikan diri dan menarik perhatian orang lain atau untuk mencari popularitas.
8. Warna pakaian terbaik adalah warna gelap dan tidak norak (warna mencolok).

Itulah delapan syarat atau kriteria pakaian Muslimah shalihah yang harus dijaga oleh para Mu’minat shalehah. Kriteria pakaian tersebut telah memenuhi persyaratan apa yang disebut sebagai pakaian TAQWA.



Kewajiban Menutup Aurat.

Allah Swt berfirman dalam tafsir Qur'an berikut:
“Hai anak Adam [umat Manusia], sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa [selalu bertaqwa kepada Allah, berpakaian untuk bertaqwa] Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al ‘araf, 7: 26-27)



Batas aurat wanita

a. Seluruh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan sampe pergelangan.
Allah Swt berfirman dalam tafsir Qur'an berikut:,
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita, dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah. Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.’” (QS. An Nur, 24: 31)

Dari ‘Aisyah Radhiallahuanha berkata, Rasulullah Saw bersabda,

“Wahai Asma’, sesungguhnya wanita apabila telah haidh tidak boleh dilihat darinya kecuali ini dan ini.” Dan beliau (Rasulullah) mengisyaratkan wajahnya dan kedua tangannya sampe pergelangan. (HR. Abu Daud)



Sesungguhnya wanita diciptakan dalam keadaan fitrahnya senang berhias dan tumbuh dalam keadaan berperhiasan. Perhiasan itu ada dua..

Pertama:Yang berasal dari dirinya (tubuhnya) sendiri yang merupakan asal penciptaannya seperti rambut, wajah dan semisalnya.

Kedua: Perhiasan yang diambilnya dari luar dirinya kemudian dikenakan untuk memperindah diri seperti anting-anting, cincin, gelang kaki, pewarna kuku (daun pacar) dan selainnya.

Kedua jenis perhiasan ini tidak boleh diperlihatkan dihadapan lelaki yang bukan mahram (ajnabi), karena syariat menetapkan hanya pihak-pihak tertentu yang diperkenankan melihat perhiasan si wanita sebagaimana tersebut. Maka satu-satunya jalan untuk memperbaiki keadaan ini adalah dengan kembali kepada hukum yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. [1]



b. Seluruh tubuh kecuali sebiji mata:

Allah Swt berfirman dalam tafsir Qur'an berikut:
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya [yaitu sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada] ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab, 33: 59)

Dari Ibnu Abbas dan Abu Ubaidah Radhiallahuanhuma berkata: “Allah memerintahkan kepada kaum Muslimah untuk menutup kepala dan wajahnya dengan jilbab kecuali satu mata, agar mudah dikenali, bahwa mereka adalah wanita-wanita merdeka.”

Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahuanhuma berkata: Abu Shalih mengatakan kepadaku, Muawiyah berkata kepadaku, dari Ibnu AbbasRadhiallahuanhuma mengenai firman Allah (QS. Al Ahzab, 33: 59): Bahwa Allah Swt memerintahkan kepada isteri-isteri para mukminin jika mereka keluar rumah untuk suatu keperluan, haruslah mereka menutup wajah mereka dari atas kepala mereka dengan jilbab. Dan hendaklah mereka menampakkan satu mata untuk melihat.



Dari Ummu Salamah Radhiallahuanha berkata: Ketika Allah menurunkan wahyu (QS Ahzab, 33: 59), maka wanita-wanita kalangan Anshar keluar dari rumah-rumah mereka, seakan-akan diatas kepala mereka ada burung gagak dari kain hitam yang mereka pakai.

Selain dari ayat-ayat diatas, ada beberapa hadits yang menyempurnakan adab wanita Muslimah jika mereka keluar rumah. Yaitu tiap-tiap wanita atau isteri Muslimah yang shalihah jika hendak keluar rumah wajib meminta izin kepada suaminya atau penanggung jawabnya (orang tua nya) agar mereka senantiasa berada dalam keridhaan Allah Swt.

Wanita Muslimah atau Isteri Wajib Minta Izin Orang Tua atau Suami.

Dari Anas bin Malik Radhiallahuanhu ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:

“Setiap isteri yang keluar rumah tanpa izin suaminya, tetap dalam murka Allah, sehingga kembali kerumahnya atau dimaafkan oleh suaminya.” (pada riwayat lain) setiap malaikat yang ada di langit mengutuknya, dan apa saja yang dilaluinya selain manusia dan jin, sehingga kembali.” [2]



Larangangan Wanita Muslimah Memakai Parfum.

Dibolehkan bagi wanita untuk memakai wangi-wangian apa saja yang disukai, baik yang dipakai dipakaian atau dibadan. Akan tetapi ada ketentuan yang harus diperhatikan, yaitu Islam mengharamkan wanita memakai wangi-wangian ketika keluar rumah. Karena dapat membangkitkan syahwat dan mengalihkan perhatian bagi siapa saja yang mencium baunya terutama laki-laki.

Dari Abu Musa al Asy’ari Radhiallahuanhu, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:

“Tiap-tiap wanita yang menggunakan harum-haruman kemudian keluar melewati sekelompok kaum supaya dicium baunya oleh kaum itu, maka dia adalah seorang wanita penzina (pelacur) dan setiap mata yang memandangnya juga telah (ikut) melakukan zina (berzina).” [3]

Dari Abu Musa al-Asy’ari berkata, Rasulullah Saw bersabda:

“Siapa saja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian keluar rumah dan berjalan melewati satu kaum sehingga mereka dapat mencium baunya, maka ia adalah wanita pezina.” (HR. An-Nasa’I. Hadist No. 5141, 5126, 5143)

Maksud dari hadis di atas adalah bahwa perbuatan seperti itu dapat dikategorikan dengan berzina. Hadits di atas memberikan peringatan, agar Muslimah dapat menghindarkan diri dari perbuatan tersebut yang hanya dilakukan oleh para pezina.

Hadis yang lain, diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiallahuanhu, Rasulullah Saw bersabda:

“Siapa saja wanita yang terkena asap wangi-wangian, maka jangan ikut bersama kami untuk melakukan shalat Isya’ pada akhir malam.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah Radhiallahuanhu, bahwa ia suatu saat bertemu dengan seorang wanita yang tercium olehnya bau wangi-wangian, dan di bagian belakang pakaiannya terdapat kain yang menyapu tanah. Abu Hurairah berkata, “Wahai amah (hamba) al-Jabbar, apakah engkau datang dari masjid?” Wanita itu menjawab, “Ya”. Abu Hurairah berkata lagi, “Apakah untuk-Nya engkau memakai wangi-wangian?” Wanita itu menjawab, “Ya”. Kemudian Abu Hurairah menjelaskan, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:

“Tidak akan diterima shalat seorang wanita yang memakai wangi-wangian dalam masjid ini, sehingga ia kembali dan mandi seperti ia mandi janabah (junub).” (HR. Abu Dawud)

Oleh karena itu, menjadi perhatian bagi wanita, apabila untuk pergi ke masjid, Islam melarang wanita menggunakan wangi-wangian. Lalu bagaimana hukumnya jika dipakai ke tempat-tempat umum yang banyak berkumpul laki-laki, seperti pasar atau tempat-tempat pembelanjaan lainnya? Ke masjid saja tidak boleh apalagi yang lebih umum, jelas lebih diharamkan lagi.

Inilah diantara ketentuan syari’ah Islam menegenai adab wanita shalihah keluar rumah, dan adalah orang-orang yang shalih dan shalihah apabila diajak kembali kepada syari’ah Allah Rasul Nya, maka jawabannya hanyalahsami’na wa atha’na “kami mendengar dan kami ta’at” (QS. an Nuur, 24: 51 dan QS. Al Ahzaab, 33: 36).

Wallahu a’lam bisshawab…


[1] Perhiasan Wanita Muslimah, oleh Abdullah bin Shalih al-Fauzan (edisi terjemahan).

[2] Diriwayatkan oleh al Khatib al Baghdadi dalam Tarikhnya 6/200 dan ath Thabrani dalam Mu’jam al Ausath 1/164, lihat at Targhiib wa at Tarhiib 3/39 & Majma’ az Zawaa-id 4/313.

[3] HR Ahmad – no: 18879, Tirmidzi – no: 2710, Nasa’ie – no: 5036, Abu Dawud – no: 3642 dan al-Hakim, lihat at Targhiib wa at Tarhiib 3/60.

[4] Sahih Muslim, Juz: 2. Hal: 448

Sebuah Cinta Abadi yang pernah ada di Bumi.


Sekian ratus tahun yang lalu...
Di malam yang sunyi, di dalam rumah sederhana yang tidak seberapa luasnya... seorang istri tengah menunggu kepulangan suaminya. Tak biasanya sang suami pulang larut malam. Sang istri bingung.... hari sudah larut dan ia sudah sangat kelelahan dan mengantuk. Namun, tak terlintas sedikitpun dalam benaknya untuk segera tidur dan terlelap di tempat tidur suaminya. Dengan setia ia ingin tetap menunggu... namun, rasa ngantuk semakin menjadi-jadi dan Sang suami tercinta belum juga datang.

Tak berapa lama kemudian....
seorang laki-laki yang sangat berwibawa lagi luhur budinya tiba di rumahnya yang sederhana.
Laki-laki ini adalah suami dari sang istri tersebut.
Malam ini beliau pulang lebih lambat dari biasanya, kelelahan dan penat sangat terasa.
Namun, ketika akan mengetuk pintu... terpikir olehnya Sang istri yang tengah terlelap tidur.... ah, sungguh ia tak ingin membangunkannya.
Tanpa pikir panjang, ia tak jadi mengetuk pintu dan seketika itu juga menggelar sorbanyya di depan pintu dan berbaring diatasnya.
Dengan kelembutan hati yang tak ingin membangunkan istri terkasihnya, Sang suami lebih memilih tidur di luar rumah..
di depan pintu...
dengan udara malam yang dingin melilit...
hanya beralaskan selembar sorban tipis.
Penat dan lelah beraktifitas seharian, dingin malam yang menggigit tulang ia hadapi..
karena tak ingin membangunkan istri tercinta. Subhanallah...

Dan ternyata, di dalam rumah..
persis dibalik pintu tempat sang suami menggelar sorban dan berbaring diatasnya..
Sang istri masih menunggu, hingga terlelap dan bersandar sang istri di balik pintu.
Tak terlintas sedikitpun dalam pikirinnya tuk berbaring di tempat tidur, sementara suaminya belum juga pulang.
Namun, karena khawatir rasa kantuknya tak tertahan dan tidak mendengar ketukan pintu Sang suami ketika pulang, ia memutuskan tuk menunggu Sang suami di depan pintu dari dalam rumahnya.

malam itu... tanpa saling mengetahui, sepasang suami istri tersebut tertidur berdampingan di kedua sisi pintu rumah mereka yang sederhana... karena kasih dan rasa hormat terhadap pasangan.. Sang Istri rela mengorbankan diri terlelap di pintu demi kesetiaan serta hormat pada Sang suami dan Sang suami mengorbankan diri tidur di pintu demi rasa kasih dan kelembutan pada Sang istri.

dan Nun jauh di langit....
ratusan ribu malaikat pun bertasbih....
menyaksikan kedua sejoli tersebut...

SUBHANALLAH WABIHAMDIH

betapa suci dan mulia rasa cinta kasih yang mereka bina
terlukis indah dalam ukiran akhlak yang begitu mempesona...
saling mengasihi, saling mencintai, saling menyayangi dan saling menghormati...

Tahukah Anda... siapa mereka..?

Sang suami adalah Muhammad bin Abdullah, Rasulullah SAW dan Sang istri adalah Sayyidatuna Aisyah RA binti Abu Bakar As-Sidiq.
Merekalah sepasang kekasih teladan, suami istri dambaan, dan merekalah pemimpin para manusia, laki-laki dan perempuan di dunia dan akhirat.

Semoga rahmat ALLAH senantiasa tercurah bagi keduanya, dan mengumpulkan jiwa kita bersama Rasulullah SAW dan Sayyidatuna Aisyah RA dalam surgaNYA kelak.
dan Semoga ALLAH SWT memberi kita taufiq dan hidayah tuk bisa meneladani kedua manusia mulia tersebut.
Amiin...amiin ya rabbal'alamiin....
Hana hanuuna Marzouqy

== Pidato Iblis Di Neraka ==

 Kelak di hari kiamat
Setelah penghuni neraka menempati
Tempat masing-masing di dalam neraka

Didatangkanlah iblis
Berpakaian api bermahkota api
Dan terikat dengan rantai apiIblis itu diperintah
berpidato didepan penghuni neraka
Dari atas mimbar api berhias api

Para penghuni neraka
Mendengarkan keseluruhan pidatonya
Dengan cermat penuh seksama

***
Hai para orang kafir dan munafik
Sesungguhnya Allah telah menjanjikan padamu
Janji yang benar: bahwa kamu akan mati

Kemudian dihimpun dalam mahsyar
Dihisab dimintai pertanggungjawaban
Lalu dipecah menjadi dua kelompok

Satu kelompok masuk di surga
Kelompok lain masuk di neraka
Yang demikian benar-benar adanya

Sesungguhnya kamu telah mengira
Bahwa kamu akan hidup kekal
Tidak akan meninggalkan dunia

Aku tidak berkuasa diatas kamu
Aku hanya berbisik-bisik padamu
Menimbulkan was-was dalam hatimu

Tetapi kamu menerima kata-kataku
Bahkan telah mengikuti langkahku
Maka janganlah mencela aku

Cela dan salahkan dirimu sendiri
Bahwa kamu tidak beribadah kepada Allah
Yang maha Pencipta segala sesuatu

Aku tidak dapat menyelamatkan kamu
Kamupun tidak dapat menyelamatkan aku
Dari azab Tuhan yang dahsyat

Hari ini
Aku membebaskan diriku dari segala
Apa-apa yang telah kukatakan kepadamu

Aku cuci tangan
Karena aku telah terusir dan di tolak
Menghadap Tuhan seru sekalian alam"

***
Selesai iblis berpidato
Bergemuruhlah seluruh penghuni neraka
Mereka bersuara serentak melaknat pemimpinnya

Pada saat yang bersamaan
Iblis ditombak oleh malaikat zabaniah
Dengan tombak api hingga tumbang dari atas mimbar

Iblis terpental dan terjungkal
Masuk neraka bersama pengikutnya
Mengendap ditingkatan paling bawah

Kemudian zabaniah berkata
Disinilah tempat kamu selama-lamanya
Tidak akan mati dan tidak akan beristirahat

(Zahraturriadh)

Rabu, 08 Desember 2010


Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq ra

Khalifah Pertama, Teman Setia Yang Banyak Berkorban

Nabi Muhammad SAW wafat tanpa meninggalkan pesan siapa yang harus menggantikannya sebagai pemimpin umat. Beberapa kerabat Rasul berpendapat bahwa Ali bin Abu Thalib - misan dan menantu yang dipelihara Nabi Muhammad SAW sejak kecil - yang paling berhak. Namun sebagian kaum Anshar, warga asli Madinah, berkumpul di Balai Pertemuan (Saqifa) Bani Saudah. Mereka hendak mengangkat Saad bin Ubadah sebagai pemimpin umat.

Ketegangan terjadi, Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah datang untuk mengingatkan mereka. Perdebatan terjadi, sampai dua tokoh Muhajirin dan Anshar - Abu Ubaidah dan Basyir anak Saad - membaiat Abu Bakar. Umar menyusul membaiat. Demikian pula yang lainnya. Pertikaian selesai. Selasa malam menjelang salat Isya - setelah Nabi Muhammmad SAW dimakamkan - Abu Bakar naik ke mimbar di masjid Nabawi. Ia mengucapkan pidato pertamanya sebagai khalifah. Pidato yang ringkas dan berkesan di kalangan umat. Itu terjadi pada Juni 632, atau 11 Hijriah.

Abu Bakar adalah orang pertama di luar kerabat Rasul yang memeluk Islam. Ia dikenal sebagai orang yang selalu membenarkan ucapan Nabi Muhammad SAW. Ketika orang-orang menghujat Nabi Muhammad SAW karena mengatakan baru mengalami Isra' Mi'raj, Abu Bakar menyatakan keyakinannya terhadap peristiwa itu. Ia menyiapkan perjalanan serta menemani Nabi Muhammad Saw saat hijrah ke Madinah. Ia juga menikahkan putrinya, Aisyah, dengan Rasul.

Namun tak berarti kepemimpinan Abu Bakar mulus. Wafatnya Nabi Muhammad SAW menimbulkan pembelotan besar-besaran dari berbagai kabilah yang baru masuk Islam. Mereka tidak lagi patuh pada pemerintahan di Madinah. Beberapa orang malah menyatakan diri sebagai Nabi. Aswad Al-Insa di Yaman yang menyatakan diri sebagai Nabi dan membolehkan orang tidak solat dan berzina, telah dibunuh oleh orang dekatnya saat Rasulullah sakit. Sekarang ada Tulaihah dan Musailamah yang berbuat serupa.

Di Madinah pun, Abu Bakar berselisih pendapat dengan Fatimah, putri Nabi Muhammad SAW, mengenai cara pengelolaan uang negara. Keluarga Rasul - termasuk Ali bin Abu Thalib - baru mengakui kepemimpinan Abu Bakar enam bulan kemudian, setelah Fatimah wafat.
Tugas pertama yang dilakukan Abu Bakar adalah melaksanakan amanat Rasul: memberangkatkan pasukan Usamah bin Zaid ke arah Palestina dan Syam. Ia sendiri - dalam usia 61 tahun - kemudian memimpin tentara menggempur Tulaiha. Operasi militernya sukses. Setelah itu, Abu Bakar membentuk 11 regu untuk menaklukkan kabilah-kabilah yang menolak membayar zakat. Yakni dari Tihama di Laut Merah, Hadramaut di ujung Lautan Hindia, sampai ke Oman, Bahrain, Yamama hingga Kuwait di Teluk Persia.

Pertempuran paling sengit terjadi melawan pasukan Musailamah yang memiliki 40 ribu pasukan. Tentara dari Madinah sempat hancur. Berkat kecerdikan panglima Khalid bin Walid, mereka memukul balik lawan. Seorang tentara Khalid, Al-Barra, berhasil melompati benteng Al-Hadikat dan membuka pintu dari dari dalam. Musailamah tewas.

Pasukan Khalid kemudian bergerak ke Utara, menuju lembah Iraq yang saat itu dikuasai kerajaan besar Persia. Pada 8 Hijriah, Raja Persia Kisra merobek-robek surat yang dikirimkan Nabi Muhammad SAW. Rasul lalu menyebut Allah akan merobek-robek kerajaan Persia pula. Saat itu tiba melalui tangan Khalid bin Walid yang hanya membawa sedikit pasukan. Dalam perang di Allais tercatat 70 ribu orang tewas. Setelah itu Kerajaan Hira pun ditaklukkan. Jadilah seluruh wilayah Iraq sekarang masuk dalam wilayah kekhalifahan Abu Bakar.

Setelah itu, Khalifah Abu Bakar mengirim 24.000 pasukan ke arah Syria, di bawah komando empat panglima perang. Mereka bersiap menghadapi 240.000 pasukan Romawi - kekuatan terbesar di dunia pada masa itu - yang diperintah Heraklius. Abu Bakar menetapkan Yarmuk sebagai pangkalan mereka. Ia juga memerintahkan Khalid bin Walid - yang berada di wilayah Iraq - untuk pergi ke Yarmuk dan menjadi Panglima Besar di situ. Sebanyak 9000 pasukan dibawanya.

Abu Bakar mencatat banyak keberhasilan. Di jazirah Arab, ia telah berhasil menyatukan kembali umat Islam yang pecah setelah Rasul wafat. Di masanya pula, Islam mulai menyebar ke luar jazirah Arab. Meskipun demikian, ia tetap dikenal sebagai seorang yang sederhana. Ia hidup sebagaimana rakyat. Tetap pergi sendiri ke pasar untuk berbelanja, serta tetap menjadi imam solat di masjid Nabawi.

Selama dua tahun tiga bulan memimpin umat, ia hanya mengeluarkan 8.000 dirham uang negara untuk kepentingan keluarganya. Jumlah yang sangat sedikit untuk ukuran waktu itu sekalipun. Ia juga memerintahkan pengumpulan catatan ayat-ayat Quran dari para sekretaris Rasul. Catatan-catatan itu dikumpulkan di rumah Hafshah, putri Umar. Abu Bakar meninggal dalam usia yang hampir sama dengan Rasul, 63 tahun.

Khalifah Umar al-Khattab ra


Khalifah Kedua, Pintar Membedakan Antara Haq dan Batil

Pendahuluan:

Khalifah Umar b. Al-Khattab ra merupakan khalifah Islam yang kedua selepas Khalifah Abu Bakar ra. Pelantikannya merupakan wasiat daripada Khalifah Abu Bakar.

Sirah Umar Al-Khattab:

Nama penuhnya ialah Umar bin Al-Khattab bin Naufal bin Abdul Uzza bin Rabah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin Adiy bin Kaab. Di lahirkan pada tahun 583 M daripada Bani Adi iaitu salah satu bani dalam kabilah Quraish yang dipandang mulia, megah, dan berkedudukan tinggi. Waktu kecilnya pernah menggembala kambing dan dewasanya beliau berniaga dengan berulang kali ke Syam membawa barang dagangan. Waktu Jahiliah beliau pernah menjadi pendamai waktu terjadi pertengkaran hebat antara kaum keluarganya. Beliau merupakan seorang yang berani, tegas dalam bicara, berterus terang menyatakan fikiran dan pandangannya dalam menghadapi satu-satu masalah. Beliau juga terkenal sebagai pemidato dan juga ahli gusti.

Sayidina Umar memeluk Islam pada tahun ke enam selepas kerasulan Nabi. Beliau kemudian memberi sumbangan yang besar terhadap perkembangan Islam. Sebelum ini beliau merupakan musuh ketat kepada Islam dan sentiasa menghalangi perkembangan Islam. Orang Islam ramai yang merasa takut untuk melakukan ibadah karena khawatir kepada orang Quraish yang selalu mengancam dan mengusir mereka. Setelah Umar memeluk Islam ramai dari kalangan orang-orang Islam yang tidak merasa curiga lagi dalam mengerjakan ibadat. Beliau digelar al-Faruqâ yang bermaksud orang yang membedakan hak dengan yang batil. Gelar ini diberikan oleh Rasulullah semasa beliau membawa sekumpulan umat Islam untuk bersembahyang di hadapan Kaabah secara terbuka untuk pertama kalinya dalam sejarah Islam. Beliau sendiri yang menjaganya dari gangguan orang-orang Quraish. Nabi Muhammad SAW juga memberi gelar sebagai Abu Hafsâ karena kegagahannya.
Ketika berhijrah ke Madinah, ramai orang Islam yang keluar dari Kota Mekah secara bersembunyi, tetapi Umar keluar secara terang-terangan. Pedang di tangannya siap menghunus kepada siapa saja yang coba menghalanginya.

Ketika khalifah Abu Bakar sedang sakit dan merasa ajalnya akan tiba, beliau memanggil sahabat dan meninjau fikiran mereka untuk mencari tokoh Islam untuk dilantik menggantikan pentadbiran khalifah. Abu Bakar mencadangkan nama Umar untuk dicalonkan memegang jabatan itu. Cadangan tersebut mendapat persetujuan dari kalangan sahabat dan orang-orang ramai.

Selepas memerintah negara Islam selama 10 tahun 6 bulan dan 4 hari, beliau pun wafat pada malam Rabu di akhir bulan Zulhijjah tahun 23 Hijrah, sewaktu berumur 63 tahun. Beliau mati karena ditikam oleh Abu Luâluah, bangsa Parsi yang beragama Majusi. Beliau dimakamkan bersebelahan dengan makam Rasulullah dan Abu Bakar di Madinah.

Kepemimpinan Khalifah Umar Al-Khattab:

A. Pembaharuan Dalam Bidang Pentadbiran

- Membentuk Majlis Syura

Khalifah Umar telah membentuk satu Majlis Syura yang merupakan lembaga atau majlis perundingan yang tertinggi. Yang terbagi menjadi dua iaitu Majlis Syura Tertinggi dan majlis Syura Am.

Anggota Majlis Syura Tertinggi ialah terdiri daripada Uthman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Zaid bin Tsabit, Abdul Rahman bin Auf, Saad bin Abi Waqas dan Muaz bin Jabal. Semua pekara yang melibatkan masalah politik, keselamatan dan sosial negara akan dibincangkan bersama-sama dalam majlis tersebut. Majlis Syura ini juga bertanggungjawab menentukan kebijakan negara dalam soal pemerintahan dalam dan hubungan luar.

Melalui amalan sistem syura, Khalifah Umar dapat mengetahui apa-apa permasalahan yang berlaku dalam semua segi. Beliau juga membuka peluang dan kebebasan yang seluas-luasnya kepada semua orang untuk mengemukakan fikiran dan pendapat mereka demi kebaikan dan keadilan Islam, Sehingga beliau menggangap semua manusia yang tidak mau memberikan pendapat adalah manusia yang tidak berfaedah.

- Membagikan Wilayah-Wilayah Islam

Perkembangan Islam yang semakin luas dengan pembukaan negara-negara Islam yang baru telah memerlukan pentadbir untuk mengurus sebuah negara. Dengan perluasan kuasa ini, Khalifah Umar telah membagikan kerajaan Islam yang semakin luas kepada beberapa wilayah demi menjaga kelancaran pentadbiran Islam. Umar meletakkan beberapa orang pegawai untuk menjalankan pentadbiran. Mereka yang dilantik hendaklah datang ke Mekah pada tiap-tiap tahun selepas menunaikan haji untuk membuat laporan. Khalifah Umar dikatakan membolehkan dalam memilih pegawai-pegawai yang cakap untuk melancarkan pentadbiran, sebagai contohnya Muawiyah bin Abu Sufian, Amru bin al-Ass, Mughirah bin Syuâbah dan Zaid bin Sumyah.

Sebelum seorang Gubernur itu dilantik, mereka haruslah mengisytiharkan harta mereka untuk mengelakkan dari menerima rasuah. Inilah syarat yang dikenakan oleh Khalifah Umar Al-Khattab bagi menjamin keadilan dan kesucian Islam.

- Memperbaharui undang-undang pentadbiran tanah

Perluasan kuasa Islam menuntut kepada Khalifah Umar untuk melakukan pembaharuan terhadap sistem tanah. Di Mesir, Syria, dan Iraq misalnya, segala tanah-tanah awam adalah menjadi milik kerajaan setempat dan segala hasil dari tanah tersebut akan digunakan untuk membiayai kemudahan-kemudahan awam negara itu juga. Khalifah Umar menetapkan tanah-tanah yang dimiliki oleh penduduknya tidak akan dirampas tetapi akan dikenakan cukai.

Tentara atau umat Islam dari negara lain tidak dibenarkan mengambil tanah dari negara jajahan kecuali melalui pembelian. Ini berbeda dengan amalan-amalan sebelumnya dimana tanah-tanah akan dibagikan kepada tentara yang menyertai peperangan.


B. Pembaharuan dalam bidang ekonomi

Banyak pembaharuan yang dilakukan oleh Umar untuk meningkatkan pendapatan rakyat dan juga negara mengikuti kehendak Islam. Kadar dan sistem cukai telah diubah. Cukai yang dikenakan mengikuti jenis tanaman yang ditanam. Syarat-syarat yang menyusahkan rakyat dan tidak adil akan dihapuskan. Beliau juga sering bertanya kepada golongan-golongan Dzimmi (orang bukan Islam) untuk mengetahui apakah cukai yang dikenakan membebani mereka. Inilah langkah yang dilakukan oleh Umar sebelum perkara ini diperbaharui. Kesemua ini menyebabkan pungutan cukai menjadi cakap dan perbendaharan negara bertambah.

Beliau juga turut memajukan sistem pertanian dengan membuka tanah-tanah baru dan juga mengadakan projek pengairan, yang mana juga telah dilaksanakan di Mesir dan Iraq untuk menambahkan hasil pertanian.

C. Pembaharuan Dalam Bidang Sosial

- Melakukan kebijakan baru untuk golongan Dzimmi

Khalifah Umar telah mengadakan cukai tanah dan juga jizyah kepada golongan ini. Cukai ini adalah berkenaan karena rendah kadarnya dan tidak menyusahkan mereka. Pernah suatu kali khalifah Umar memanggil 10 orang Dzimmi dari Kufah dan 10 orang Dzimmi dari Basyrah supaya mereka bersumpah, bahwa cukai yang dikenakan atas mereka tidak membebani.

Taraf dan hak awam di berikan sama rata seperti apa yang dinikmati oleh orang Islam. Golongan Dzimmi yang masih menentang Islam akan dibuang atau dihalau keluar negara. Harta mereka tidak akan dirampas, malah harta mereka yang tidak dapat dipindahkan seperti ladang akan dibayar ganti rugi oleh kerajaan Islam.

- Memperbaharui taraf kedudukan hamba

Golongan hamba pada masa itu telah diberikan hak kepentingan sosial dan taraf yang baik. Hamba tidak lagi dihina dan ditindas, mereka boleh hidup bebas seperti orang-orang biasa, kecuali bagi orang-orang yang benar menentang Islam dalam peperangan. Umar menetapkan bahwa hamba perempuan yang menjadi ibu tidak boleh dijual sewenang-wenang seperti hamba-hamba lain. Begitu juga dengan hamba yang berkeluarga tidak boleh dipisahkan dari keluarga mereka.

Taraf golongan hamba juga disamakan dengan tuannya dalam apa-apa hal tertentu, pegawai-pegawai yang tidak menghormati dan menjaga hal kebajikan hamba akan dikenakan tindakan oleh Khalifah Umar. Sebagai contoh, Umar pernah melucutkan jabatan seorang pegawainya yang tidak menziarahi pekerjanya yang sakit.

- Mengalakkan kegiatan keilmuan dan pelajaran

Pelbagai langkah telah dilakukan oleh Khalifah Umar untuk mengembangkan pelajaran al-Quran. Beliau menyediakan guru-guru untuk mengajar pelbagai ilmu yang berhubungan dengan keilmuan dan diantar ke semua tempat bagi yang memerlukan serta diberi gaji yang lumayan. Sekolah-sekolah didirikan di masjid-masjid untuk diajar pelajaran Islam di seluruh wilayah Islam. Umat Islam diwajibkan menghafal surah-surah tertentu didalam al-Quran untuk menguraikan prinsip-prinsip utama ajaran Islam seperti surah al-Baqarah, an-Nisa, al-Maidah dan sebagainya. Golongan ini akan diberikan pelbagai ganjaran sebagai satu usaha untuk menggalakkan menghafal kandungan al-Quran.


D. Pembaharuan Dalam Bidang Ekonomi

- Memajukan sistem pertanian

Khalifah Umar telah mewujudkan terusan bagi memajukan sistem pertanian yang mana terusan tersebut seperti Terusan Amirul Mukminin yang menghubungkan Sungai Nil dengan Laut Merah sepanjang 69 batu dari bandar Fustat. Di Iraq pula beliau telah membina Empangan Abu Musa yang menyambungkan Sungai Dujlah (Tigres) dengan bandar Basrah.

Tanah juga telah dikaji untuk menempatkan tanaman-tanaman yang bermutu. Rakyat juga digalakkan untuk membuka tanah-tanah baru untuk memperbanyak hasil pertanian. Tanah yang tidak dikerjakan akan ditarik balik sekiranya tidak terdapat hasil pertanian di dalamnya. Begitu juga beliau juga telah mengadakan sistem cukai untuk menambahkan pendapatan negara.

Rumusan:

Khalifah Umar adalah merupakan Khalifah yang banyak melakukan pembaharuan kepada negara Islam. Pentadbiran khalifah selepasnya pula diberikan kepada Saidina Uthman bin Affan ra.

Khalifah Uthman bin Affan ra



Khalifah Ketiga, Malaikat Merasa Malu Kepadanya

Pendahuluan

Khalifah Uthman merupakan khalifah Islam yang ketiga selepas Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Umar al-Khattab. Beliau dilantik menjadi khalifah melalui persetujuan orang ramai.


Sirah Khalifah Uthman bin Affan

Nama beliau sebenarnya ialah Uthman bin Affan bin Abul-As yang mana beliau dilahirkan ketika Baginda Nabi Muhammad SAW berumur 5 tahun. Uthman merupakan seorang bangsawan dari golongan Quraish dari Bani Ummayah.

Beliau terkenal sebagai seorang yang lemah lembut, pemurah dan baik hati. Beliau merupakan salah seorang dari saudagar yang terkaya di Tanah Arab, sehingga beliau digelari dengan gelar al-Ghaniâ. Selepas memeluk Islam beliau banyak mendermakan hartanya ke arah kepentingan agama Islam, sebagai contohnya dalam peperangan Tabuk, beliau telah mendermakan hartanya iaitu 950 ekor unta, 50 ekor kuda dan 1000 dinar. Begitu juga ketika umat Islam berhijrah ke Madinah, umat Islam menghadapi masalah untuk mendapatkan air minuman. Oleh karena itu Saidina Uthman telah membeli telaga Ruma dari seorang Yahudi dengan harga 20.000 dirham untuk digunakan oleh umat Islam dengan percuma.

Saidina Uthman bin Affan ra adalah seorang yang bertaqwa dan bersikap wara'. Tengah malamnya tak pernah disia-siakan. Beliau memanfaatkan waktu itu untuk mengaji Al-Quran dan setiap tahun beliau menunaikan ibadah haji. Bila sedang berzikir dari matanya mengalir air mata haru. Beliau selalu bersegera dalam segala amal kebajikan dan kepentingan umat, dermawan dan penuh belas kasihan. Khalifah Uthman telah melaksanakan hijrah sebanyak dua kali, pertama ke Habasyah, dan yang kedua ke Madinah.

Beliau digelari sebagai Zunnurainâ yang bermaksud dua cahaya karena menikahi dua orang puteri Rasulullah iaitu Ruqayyah dan Ummi Kalthum. Setelah Ruqayyah meninggal dunia, Rasulullah SAW telah menikahkan beliau dengan puteri Baginda iaitu Ummi Kalthum. Uthman menikah sebanyak 7 kali lagi selepas kematian Ummi Kalthum dan seluruh anaknya berjumlah sebanyak 16 orang. Isterinya yang terakhir ialah Nailah binti Furaifisha.

Beliau dilantik menjadi khalifah selepas kematian Khalifah Umar ra yang ditikam. Beliau dilantik menjadi khalifah pada tahun 23 Hijriah oleh jawatan kuasa yang didirikan oleh Khalifah Umar al-Khattab ra.


Kepimpinan Dan Sejarah Pentadbiran

Ahli sejarah telah membagikan tempo pemerintahan Khalifah Uthman selama 12 tahun kepada dua bagian iaitu pertama zaman atau tahap keamanan dan keagungan Islam, manakala yang keduanya pula ialah tahap atau zaman Fitnatul-Kubraâ iaitu zaman huru hara.


Zaman Keamanan Dan Keagungan Islam

Banyak jasa-jasa dan juga kejayaan yang telah dilakukan oleh Khalifah Uthman dalam menyebar dan memperkembangluaskan Islam. Ini termasuklah kejayaannya dalam:

1. Bidang Ketentaraan

Khalifah Uthman banyak melakukan perluasan kuasa terhadap beberapa buah negara dalam usahanya menyebarkan Islam, ini dapat dilihat pada keluasan kerajaan Islam yang dapat mengatasi keluasan kerajaan Rom Timur dan juga kerajaan Parsi pada zaman kegemilangan mereka. Antara wilayah baru yang telah berjaya ditaklukan ialah Cyprus, Afganistan, Samarqand, Libya, Algeria, Tunisia, Morocco dan beberapa buah negara lagi. Beliau juga bertanggungjawab dalam menumbuhkan angkatan tentara laut Islam yang pertama untuk menjamin keselamatan dan melakukan perluasan kuasa. Banyak negara-negara yang telah dibuka melalui angkatan tentara ini.

2. Melakukan Pembukuan Al-Quran

Perluasan kuasa telah menyebabkan penyebaran Islam terjadi secara meluas. Apabila ramainya orang-orang yang memeluk Islam sudah tentu banyaknya perbedaan antara suatu wilayah dengan wilayah yang lain dari segi mereka mempelajari Islam. Apa yang paling ketara sekali ialah dalam masalah mereka mempelajari al-Quran. Banyak terdapatnya perbedaan bacaan yang membawa kepada salah bacaan antara satu tempat dengan tempat yang lain. Dengan keadaan ini banyak terjadinya salah faham dan saling tuduh menuduh sesama orang Islam dalam menyatakan siapakah yang betul pembacaannya.

Oleh karena itu, Khalifah Uthman telah mengadakan satu naskah al-Quran yang baru yang mana juga digunakan secara resmi untuk seluruh umat Islam. Khalifah Uthman telah menggunakan lahjah Bahasa Quraish dan yang mana al-Quran yang berbeda telah dibakar. Al-Quran inilah yang digunakan hingga hari ini yang mana juga dikenal dengan nama Mushaf Uthmani. Langkah-langkah ini bertujuan untuk menjamin kesucian al-Quran sebagai sumber perundangan Islam.

3. Beliau Telah Membesarkan Masjid Nabawi

Masjid Nabawi telah menjadi padat karena dipenuhi dengan jemaah yang semakin ramai, Oleh itu Khalifah Uthman telah membesarkan masjid tersebut dengan membeli tanah untuk memperluas kawasan tersebut. Masjid tersebut telah diluaskan pada tahun 29 Hijriah.


4. Usaha Khalifah Uthman Dalam Menyebarkan Dakwah Islam

Khalifah Uthman sering berdakwah di penjara dan beliau berjaya mengislamkan ramai banduan. Beliau juga banyak mengajar hukum-hukum Islam kepada rakyatnya. Ramai pendakwah telah diantar kesemua negeri untuk memperluas ajaran Islam. Beliau juga telah melantik banyak pengajar hukum Islam dan juga melantik petugas khas yang membetulkan saf-saf sembahyang. Beliau juga banyak menggunakan al-Quran dan as-Sunah dalam menjalankan hukum-hukum.


Al-Fitnah al-Kubra (Zaman Fitnah)

Pada akhir tahun 34 Hijriah, pemerintahan Islam dilanda fitnah. Sasaran fitnah tersebut adalah Saidina Uthman ra hingga mengakibatkan beliau terbunuh pada tahun berikutnya.

Fitnah yang keji datang dari Mesir berupa tuduhan-tuduhan palsu yang dibawa oleh orang-orang yang datang hendak umrah pada bulan Rajab.

Saidina Ali bin Abi Thalib ra bermati-matian membela Saidina Uthman dan menyangkal tuduhan mereka. Saidina Ali menanyakan keluhan dan tuduhan mereka, yang segera dijawab oleh mereka, "Uthman telah membakar mushaf-mushaf, shalat tidak diqasar sewaktu di Makkah, mengkhususkan sumber air untuk kepentingan dirinya sendiri dan mengangkat pejabat dari kalangan generasi muda. la juga mengutamakan segala fasilitas untuk Bani Umayyah (golongannya) melebihi orang lain."

Pada hari Jumaat, Saidina Uthman berkhutbah dan mengangkat tangannya seraya berkata, "Ya Allah, aku beristighfar dan bertaubat kepadaMu. Aku bertaubat atas perbuatanku."

Saidina Ali ra menjawab, "Mushaf-mushaf yang dibakar ialah yang mengandung perselisihan dan yang ada sekarang ini adalah yang disepakati bersama keshahihannya. Adapun shalat yang tidak diqasar sewaktu di Makkah, adalah karena dia berkeluarga di Makkah dan dia berniat untuk tinggal di sana. Oleh karena itu shalatnya tidak diqasar. Adapun sumber air yang dikhususkan itu adalah untuk ternak sedekah sehingga mereka besar, bukan untuk ternak unta dan domba miliknya sendiri. Umar juga pernah melakukan ini sebelumnya. Adapun mengangkat pejabat dari generasi muda, hal ini dilakukan semata-mata karena mereka mempunyai kemampuan dalam bidang-bidang tersebut. Rasulullah SAW juga pernah melakukan hal yang demikian. Adapun beliau mengutamakan kaumnya, Bani Umayyah, karena Rasulullah sendiri mendahulukan kaum Quraish daripada bani lainnya. Demi Allah seandainya kunci syurga ada di tanganku, aku akan memasukkan Bani Umayyah ke syurga."

Setelah mendengar penjelasan Ali ra, umat Islam pulang dengan rasa puas. Tetapi para peniup fitnah terus melancarkan fitnah dan merencanakan makar jahat mereka. Di antara mereka ada yang menyebarkan tulisan dengan tanda tangan palsu dari pada sababat termuka yang menjelek-jelekkan Uthman. Mereka juga menuntut agar Uthman dibunuh.

Fitnah kejipun terus menjalar dengan kejamnya, sebagian besar umat termakan fitnah tersebut hingga terjadinya pembunuhan atas dirinya, setelah sebelumnya terkepung selama satu bulan di rumahnya. Peristiwa inilah yang disebut dengan "Al-Fitnah al-Kubra" yang pertama, sehingga merobek persatuan umat Islam.

Saidina Uthman ra telah mati dibunuh oleh pemberontak-pemberontak yang mengepung rumahnya pada tahun 35 Hijriah, bersamaan dengan tahun 656 Masehi. Pemerintahannya memakan masa selama 12 tahun, yang mana ianya merupakan pemerintah yang paling lama dalam pemerintahan Khulafaâ ar-Rasyidin.

Khalifah Ali bin Abu Thalib ra


Khalifah Keempat, Singa Allah Yang Dimuliakan Wajahnya Oleh Allah

Ketika Khalifah Uthman bin Affan ra wafat, warga Madinah dan tiga pasukan dari Mesir, Basrah dan Kufah bersepakat memilih Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah baru. Menurut riwayat, Ali sempat menolak penunjukan itu. Namun semua mendesak beliau untuk memimpin umat. Pembaiatan Ali pun berlangsung di Masjid Nabawi.

Nama beliau sebenarnya ialah Ali bin Abi Talib bin Abdul Mutalib bin Hasyim bin Abdul Manaf. Beliau dilahirkan pada tahun 602 M atau 10 tahun sebelum kelahiran Islam. Usianya 32 tahun lebih muda dari Rasulullah SAW. Saidina Ali merupakan sepupu dan merupakan menantu Baginda SAW melalui pernikahannya Fatimah. Beliau adalah orang pertama yang memeluk Islam dari kalangan kanak-kanak. Beliau telah dididik di rumah Rasulullah dan ini menyebabkan beliau mempunyai jiwa yang bersih dan tidak dikotori dengan naluri Jahiliyah.

Saidina Ali adalah salah seorang sahabat paling dekat dengan Rasul. Sewaktu kecil, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh Abu Thalib, pamannya yang juga ayah Saidina Ali. Setelah berumah tangga dan melihat Abu Thalib hidup kekurangan, Nabi Muhammad SAW memelihara Ali di rumahnya. Ali dan Zaid bin Haritsah - anak angkat Nabi Muhammad SAW, adalah orang pertama yang memeluk Islam setelah Khadijah. Mereka selalu shalat berjamaah.

Kecerdasan dan keberanian Ali sangat menonjol dalam lingkungan Quraisy. Saat masih kanak-kanak, beliau telah menentang tokoh-tokoh Quraisy yang mencemoh Nabi Muhammad SAW. Ketika Nabi Muhammad SAW berhijrah dan kaum Quraisy telah menghunus pedang untuk membunuhnya, Ali tidur di tempat tidur Nabi Muhammad SAW serta mengenakan mantel yang dipakai oleh Rasulullah.

Di medan perang, beliau adalah ahli tempur yang sangat disegani. Baik di perang Badar, Uhud hingga Khandaq. Namanya semakin sering dipuji setelah beliau berhasil menjebol gerbang benteng Khaibar yang menjadi pertahanan terakhir Yahudi. Menjelang Rasul menunaikan ibadah haji, Ali ditugasi untuk melaksanakan misi ketenteraan ke Yaman dan dilakukannya dengan baik.

Mengenai kecerdasannya, Nabi Muhammad SAW pernah memuji Ali dengan kata-kata: "Saya adalah ibukota ilmu dan Ali adalah gerbangnya." Kefasihan bicara Ali dipuji oleh banyak kalangan. Rasul SAW kemudiannya menikahkan Ali dengan puteri bungsunya, Fatimah Az-Zahra. Setelah Fatimah Az-Zahra wafat, Ali menikah dengan Ashmaâ, janda yang dua kali ditinggal mati suaminya, yakni Ja'far bin Abu Thalib dan Khalifah Abu Bakar.

Sebagai khalifah, beliau mewarisi pemerintahan yang sangat kacau. Juga ketegangan politik akibat pembunuhan Uthsman. Keluarga Umayyah menguasai hampir semua kursi pemerintahan. Dari 20 gubernur yang ada, hanya Gubernur Iraq iaitu Abu Musa Al-Asyari saja yang bukan dari keluarga Umayyah. Mereka menuntut Ali untuk mengadili pembunuh Khalifah Uthsman. Tuntutan demikian juga banyak diajukan oleh tokoh lainnya seperti Saidatina Aisyah rha, juga Zubair dan Thalhah - dua orang pertama yang masuk Islam seperti Ali.

Kesan dari kematian Khalifah Uthman adalah amat sulit bagi Khalifah Ali untuk menyelesaikan terutamanya dalam masalah menjalankan pentadbiran. Untuk melicinkan pentadbiran, Khalifah Ali telah memecat jawatan pegawai-pegawai yang dilantik oleh Khalifah Uthman yang terdiri dari kalangan Bani Umayyah. Ini telah menimbulkan rasa tidak puas hati dikalangan Bani Umayyah.

Beliau juga telah bertindak mengambil kembali tanah-tanah kerajaan yang telah dibagikan oleh Khalifah Uthman kepada keluarganya. Ini telah menambahkan lagi semangat kebencian Bani Umayyah terhadap Khalifah Ali. Oleh itu golongan ini telah menuduh Khalifah Ali terlibat dalam pembunuhan Khalifah Uthman.

Beberapa orang menuding Ali terlalu dekat dengan para pembunuh itu. Ali menyebut pengadilan sulit dilaksanakan sebelum situasi politik reda. Beliau bermaksud menyatukan negara lebih dahulu. Untuk itu, beliau mendesak Muawiyyah bin Abu Sufyan - Gubernur Syam, yang juga pimpinan keluarga Umayyah untuk segera berbaiat kepadanya.

Muawiyyah menolak berbaiat sebelum pembunuh Uthman dihukum. Bahkan Muawwiyah menyiapkan pasukan dalam jumlah besar untuk menentang Ali. Ali pun siap menggempur Muawiyyah. Sejumlah sahabat penting seperti Mughairah, Saad bin Abi Waqqas dan Abdullah bin Umar menyarankan kepada Saidina Ali agar menunda serangan itu. Begitu juga sepupu Ali, Ibnu Abbas. Tapi Ali berkeras, sehingga Ibnu Abbas mengkritiknya.
Ali segera menyusun pasukan. Beliau berangkat ke Kufah, wilayah yang masyarakatnya menyokong Saidina Ali. Beliau meninggalkan ibu kota Madinah sepenuhnya, bahkan seterusnya, untuk langsung memimpin perang. Hal yang tak lazim dilakukan para pemimpin negara. Setahun sudah berlalu, pembunuh Uthman masih belum dihukum.

Langkah ini makin mengundang kritik dari kelompok Aisyah. Aisyah, Thalhah dan Zubair lalu memimpin 30 ribu pasukan dari Makkah. Pasukan Ali yang awalnya diarahkan ke Syam terpaksa dibelokkan untuk menghadapi Aisyah. Terjadilah peristiwa menyedihkan itu, peperangan antara kaum Muslim.

Aisyah memimpin pasukannya dalam tandu tertutup di atas unta. Banyak pasukan juga mengendarai unta. Maka perang itu disebut Perang Jamal (Unta). Sekitar 10 ribu orang tewas dalam perang sesama Muslim ini. Aisyah tertawan setelah tandunya penuh dengan anak panah. Zubair tewas dibunuh di Waha Al-Sibak. Thalhah terluka di kaki dan meninggal di Basra.

Kesempatan ini pun dimanfaatkan oleh Muawiyyah. Beliau menggantungkan jubah Uthman yang berlumur darah serta potongan jari isteri Uthman, di masjid Damaskus untuk menyudutkan Ali. Muawiyyah berhasil menarik Amru bin Ash ke pihaknya.

Amru seorang politisi ulung yang sangat disegani. Beliau diiming-imingi menjadi Gubernur Mesir. Abdullah, anak Amru yang shaleh, menyarankan ayahnya untuk menolak ajakan Muawiyyah. Namun Muhammad - anaknya yang suka berpolitik - menyarankan Amru mengambil kesempatan. Amru tergoda. Beliau mendukung Muawiyyah untuk menjadi khalifah tandingan.

Kedua pihak bertempur di Shiffin, hulu Sungai Eufrat di perbatasan Iraq-Syria. Puluhan ribu Muslim tewas. Di pihak Ali, korban sebanyak 35 ribu manakala di pihak Muawiyyah sebanyak 45 ribu. Dalam keadaan terdesak, pihak Muawiyyah bersiasat. Atas usulan Amru, mereka mengikat al-Quran di hujung tombak dan mengajak untuk "berhukum pada al-Quran" (Majlis Tahkim).

Pihak Ali berpecah. Sebagian berpendapat, seruan itu harus dihormati. Yang lain menyebut itu hanyalah cara Muawiyyah untuk menipu dan menghindari kekalahan. Ali tetap mengalah. Kedua pihak berunding. Amru bin Ash di pihak Muawiyyah, Abu Musa - yang dikenal sebagai seorang shaleh dan tak suka berpolitik - di pihak Ali. Keduanya sepakat untuk "menurunkan" Ali dan Muawiyyah. Namun Amru kembali mengingkari kesepakatannya.

Situasi yang tak menentu itu menimbulkan kemarahan Hurkus - komandan pasukan Ali yang berasal dari keluarga Tamim. Hurkus adalah seorang yang lurus, berwawasan sempit dan keras. Caranya memandang masalah selalunya "hitam- putih". Dia menganggap Muawiyyah maupun Ali telah melanggar hukum Allah. "Laa hukma illallah (tiada hukum selain Allah)," serunya. Pelanggar hukum Allah boleh dibunuh, demikianlah pendapatnya.

Kelompok Hurkus segera menguat. Orang-orang menyebut kelompok radikal ini sebagai "Khawarij" (barisan yang keluar). Mereka menyerang dan bahkan membunuh orang-orang yang berbeda pendapat dengannya. Pembunuhan berlangsung di beberapa tempat. Mereka berfikir, negara baru akan dapat ditegakkan jika tiga orang yang dianggap penyebab masalah yakni Ali, Muawiyyah dan Amru dibunuh.

Hujaj bertugas membunuh Muawiyyah di Damaskus, Amru bin Abu Bakar bertugas membunuh Amru bin Ash di Mesir dan Abdurrahman bertugas membunuh Ali di Kufah. Muawiyyah yang kini hidup dengan pengawalan ketat seperti seorang raja selamat dari pembunuhan tersebut dan hanya terluka. Amru bin Abu Bakar tersilap dalam menjalankan tugasnya, beliau membunuh imam yang menggantikan Amru bin Ash. Di Kufah, Saidina Ali ra sedang berangkat ke masjid ketika diserang dengan pedang. Dua hari kemudian beliau pun wafat. Peristiwa itu terjadi pada Ramadhan 40 Hijrah bersamaan 661 Masehi.

Berakhirlah model kepemimpinan Islam untuk negara yang dicontohkan Rasulullah SAW. Muawiyyah lalu menggunakan model "kerajaan". Ibukota pun dipindah dari Madinah ke Damaskus.