Selasa, 07 Desember 2010
PULANGNYA AHLI LAA ILAAHA ILLALLAAH.
Oleh : KH. M. Abdul Gaos SM.
Sejak tahun 1972 sampai sekarang tidak pernah ada Ikhwan TQN PP. Suryalaya di Cisirri yang mati. Tetapi mereka meninggal pada saatnya. Seperti kemarin aki Fakhrurozi setiap setelah Shalat Isya biasanya makan dan ngobrol. Ketika sudah sampai waktunya, ujung dari hidupnya tidak mengucapkan Laa Ilaaha Illallah. Malah dia berkata “Saya mau tidur niat ibadah”. Terus melanjutkan “Ilaahi anta maksuudi,…” demikian bahasanya, lalu dia meninggal. Begitu juga yang terjadi kepada saudara saya (sifat adik). Dia mengatakan, “Mau tiduran”. Tidak mengucapkan Laa Ilaaha Illallah. Biasanyakan kalau tiduran tidak langsung meninggal.
Berbeda lagi dengan wak Empud leuwihalang berkata : “Jemput Aang (Gaos) agar jadi saksi kalau Ua mau pulang”. Maka setelah saya berada di depannya wak Empud berkata : “Aang menjadi saksi, saya mau pulang”. Tidak perlu mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Dikarenakan sudah sejak 1972 ditalqin berarti sudah pulang sejak tahun itu juga. Masih juga seorang Ikhwan yang bernama H. Komar dari Banjar yang sudah 60 tahun mengadakan Manaqiban. Pangersa Abah selalu bertanya siapa penerusnya ? Terakhir ketika saya manaqib di rumahnya, ada berita dari rumah sakit Bandung bahwa keadaannya alhamdulillah ada kemajuan. Sewaktu saya menuju ke Suryalaya di tanya oleh Pangersa Abah : “Dari mana ?”. Jawabannya : “Dari Banjar”. Lalu Pangersa Abah bertanya lagi : “Bagaimana keadaannya dan siapa penerusnya?”. Jadi Beliau sudah mengetahui akan kemana.
Setelah itu datang H. Kuswa membawa air untuk H.Komar yang katanya sudah dibawa ke rumah. Maka Pangersa Abah menyuruh : “Aos lihat ke sana untuk mewakili Abah dan katakan kepada keluarganya supaya jangan menarik-narik serta mendorong-dorongnya. Dia sudah mempunyai tempat di sana”. Adapun yang maksud menarik-narik dan mendorong-dorong adalah selang yang disambung ke pernapasannya. Maka begitu ditarik selang tadi, langsung H. Komar pulang.
Termasuk yang terjadi pula pada orang tua, yaitu Bapak. Pangersa Abah berkata : ”Bapakmu itu sudah leluasa (logor) kalaupun pulang sudah ada tempat dan kalaupun masih dibutuhkan terserah”. Takkala Ucu (A Ucu) ke Suryalaya sewaktu bapak mau “pulang”, Pangersa Abah berkata : “Sampaikan selamat (wilujeung)”. Maka “pulanglah”. Kalau ibu berbeda lagi ceritanya. Sama seperti yang lain pada akhir ucapannya bukan Laa Ilaaha Illallah. Ibu berkata “ingin pulang”. Disangka saya ingin pulang dari Panumbangan ke Ciomas. Setelah di sanapun berkata seperti itu juga. Saya berkata : “Mih, tunggu dulu, saya mau mengaji ke sampai hari Sabtu”. Setelah selesai hari Sabtu, saya minta pamit lagi untuk mengaji di Cijantung, ketika minta pamit Beliau tidak menjawab. Begitu memakai kaos kaki ada yang memanggil saya untuk menemui ibu. Lalu ibu berkata: “Cep ! Emih pulang sekarang saja, dido’akan sekali”. Lalu beliau “pulang”.
Rasulullah SAW. telah bersabda bahwa : “Bahwa bagi ahli Laa Ilaaha Illallah, tidak ada rasa takut ketika maut datang”. Karena malaikat Ijroil bukan mencabut tetapi menjemput. Di kubur pun tidak akan bertemu Munkar – Nakir dikarenakan sudah dibersihkan dari berbagai kemungkaran oleh kalimat Laa Ilaaha Illallah. Termasuk ketika di Mahsyar bagi ahli Laa Ilaaha Illallah tidak akan menemukan kesulitan dan kekhawatiran. Mereka menemukan kebahagiaan dan kesenangan, seperti yang dijanjikan Allah SWT.
------------
Terimakasih kpd Ajengan GAOS atas pencerahannya, semoga Allah sentiasa meridhoi Ajengan, amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar