Sabtu, 21 Mei 2011

Sesungguhnya Allah Mendengar Doa Hamba-Nya

Para pembaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, doa merupakan bentuk ibadah yang paling agung di sisi Allah ta’ala. Diriwayatkan dari shahabat Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Doa adalah ibadah”, kemudian setelah itu beliau membaca ayat “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir:60) (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad no.714)
Di dalam hadits lain Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda tentang keutamaan doa, “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah ta’ala, selain doa” (Musnad Imam Ahmad, 8733. Syu’iab Al Arnauth berkata hadits ini hasan)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam menyebutkan bahwa doa adalah ibadah, artinya, doa adalah rukun utama dalam ibadah kepada Allah ta’ala. Oleh karena itu, barang siapa yang enggan dan malas-malasan dalam beribadah, dapat dipastikan bahwa orang tersebut enggan untuk berdoa dan memohon hidayah kepada Allah ta’ala . (Lihat Fathul Baari, Syamilah 18/55 )
Doa merupakan kunci dari segala macam kebaikan. Seorang hamba tidak akan mampu untuk melaksakan ketaatan kepada Allah ta’ala melainkan dengan taufiq dan hidayah dari Allah ta’ala, dan taufiq dab hidyah Allah tidak lepas dari doa seorang hamba kepada Rabb-nya. Oleh karena itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam mengajarkan sebuah doa kepada Mua’dz bin Jabal radhiyallahu’anhu agar dibaca setiap kali selesai dari sholat “Ya Allah, bantulah aku untuk selalu berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbaiki ibadahku kepada-Mu”(Sunan Abu Daud, 1522. Syaikh Al Albani berkata hadist ini shohih)
Allah ta’ala menjanjikan akan mengabulkan doa setiap hamba-Nya, dan Allah ta’ala tidak akan menyelisihi janjinya. Bahkan Allah ta’ala akan marah ketika ada seorang hamba yang enggan berdoa kepada-Nya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang tidak mau berdoa kepada Allah ta’ala, maka Allah murka kepadanya” (HR. Tirmidzi,3373. Syaikh Al Albani menilai hadits ini hasan). Ath Thibiy rahimahullahu mengatakan hadits ini menunjukkan bahwa Allah ta’ala sangat senang ketika seorang hamba berdoa kepada Allah ta’ala. (Lihat Fathul Baari, Syamilah, 18/55)
Berdoalah hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala
Para pembaca yang dimuliakan oleh Allah ta’ala, doa merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah ta’ala, dan ibadah hanyalah hak mutlak Allah ta’ala, tidak ada satu pun bentuk ibadah dari seorang hamba yang boleh ditujukan kepada selain Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman, “Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang berdoa kepada selain Allah, tidak ada yang dapat memperkenankan doanya sampai hari kiamat, dan mereka adalah orang-orang yang lalai dari doa mereka” (QS. Al Ahqaf : 5)
Allah ta’ala adalah Dzat yang Maha Kaya dan Kuasa untuk mengabulkan permintaan seluruh hamba-Nya. Tidaklah akan mengurangi kekuasaan Allah sedikitpun seandainya Allah ta’ala memenuhi seluruh permintaan hambanya, kecuali hanya bagaikan berkurangnya air laut tatkala ada sebuah jarum yang dicelupkan ke dalamnya. Maka hendaklah setiap muslim hanya mengadu dan berdoa hanya kepada Allah ta’ala dalam seluruh perkara yang dihadapinya.
Mengapa Doaku Tidak Kunjung Dikabulkan[?]
Banyak orang berdoa kepada Allah ta’ala, akan tetapi banyak di antara mereka merasa doanya tidak dikabulkan. Hal semacam ini sering menimpa kaum muslimin pada umumnya. Mereka berharap doa yang dia panjatkan dapat segera terealisasi. Inilah yang disebut dengan “tergesa-gesa dalam berdoa”. Seorang muslim sudah sepatutnya menghindari sikap semacam ini, karena sikap tersebut merupakan salah satu penghalang terkabulnya doa. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Akan dikabulkan doa salah seorang diantara kalian selama tidak tergesa-gesa dalam berdoa.” Kemudian beliau ditanya, Wahai Rasulullah bagaimanakah bentuk tergesa-gesa dalam berdoa? beliau menjawab, “Seseorang yang berdoa kemudian mengatakan, aku telah berdoa kepada Allah tetapi Allah tidak segera mengabulkan doaku”.(Sunan Ibnu Majah, Syaikh Al Albani menilai hadits ini shahih)
Ibnu Hajar rahimahullahu menjelaskan bahwa seluruh doa yang baik, hakikatnya dikabulkan oleh Allah ta’ala, akan tetapi dengan bentuk pengabulan yang bermacam-macam, terkadang Allah langsung memberikan apa yang diminta atau terkadang Allah memberikan pengganti yang serupa, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, “Tidaklah seorang muslim berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa di dalamnya, tidak pula doa yang memutus silaturahmi, melainkan Allah ta’ala akan memberikan satu di antara tiga hal, mungkin Allah akan merealisasikan doa tersebut, atau mungkin dengan doa tersebut Allah akan menyelamatkannya kelak di akhirat, atau mungkin Allah akan menghilangkan dari diri orang tersebut kesulitan yang semisal.(Musnad Ahmad, derajatnya hasan shohih)” (Lihat Fathul Baari, Syamilah. 18/55)
Dikisahkan seorang tabi’in, yaitu Rabi’ bin Khutsaim berkata kepada ‘Alqamah bin Qais, seorang tabi’in yang lain, tentang banyaknya manusia berdoa kepada Allah ta’ala akan tetapi betapa sedikit doa mereka yang dikabulkan. Rabi’ bin Khutsiam mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima doa melainkan doa-doa yang baik saja (yaitu doa yang ikhlas)”, perkataan yang serupa juga dikatakan oleh shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu. Beliau radhiyallahu’anhu mengatakan: “Allah tidak akan mendengar doa dari orang yang sum’ah, orang yang riya’ dan orang yang tidak serius dalam berdoa. Allah hanyalah mendengar orang yang berdoa dengan kemantapan dalam hatinya. (Lihat Adabul Mufrad, no.606, Syamilah. 1/212 )
Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah ta’ala, demikianlah seorang muslim, senantiasa memeriksa apakah doa yang dia panjatkan kepada Rabb-nya adalah doa yang baik dan sudah sesuai dengan petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, ataukah sebaliknya, bukan kemudian berburuk sangka kepada Allah ta’ala dan putus asa terhadap janji Allah ‘azza wa jalla.
Bersungguh-sungguh dalam Berdoa kepada Allah ta’ala
Salah satu tata cara doa yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam adalah bersungguh-sungguh dalam berdoa kepada Allah ta’ala. Rasulullah shalallahi’alaihi wa salam bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian berdoa, maka janganlah katakan: Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki, akan tetapi bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, dan perbesarlah harapan, karena Allah tidak akan merasa keberatan dengan sesuatu yang Dia berikan kepada hamba-Nya”.(HR. Muslim. no.2679)
Hendaklah seorang muslim berdoa kepada Allah ta’ala dengan doa yang mencakup seluruh kebaikan di dunia maupun di akhirat. Sebagian orang berdoa kepada Allah meminta kebaikan yang sangat terbatas, sebagian mereka berdoa, “Ya Allah berikanlah kepadaku ini dan itu”, ataupun doa yang semisalnya, yang hanya bersifat materi dan duniawi. Lihatlah bagaimana bentuk doa yang diajarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, dan beliau senantiasa mengulang-ulang doa ini pada setiap kesempatan, “Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksaan api neraka”.(HR. Muslim)
Salah satu cara bersungguh-sungguh dalam dalam berdoa adalah memahami doa yang diucapkan. Sebagian orang lalai dari memahami dan mengerti makna doa yang diucapkannya. Seakan-akan keluar dari mulut mereka lafadz-lafadz doa berbahasa arab, sementara hati-hati mereka kosong akan makna doa tersebut. Padahal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda,“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan, ketahuilah bahwa Allah tidak menerima doa dari hati yang lalai”.(HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al Abani)
Waktu-Waktu Mustajab untuk Berdoa
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam telah menjelaskan tentang waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa. Diantaranya adalah saat sepertiga akhir malam, beliau bersabda, “Sesungguhnya Rabb kami tabaraka wa ta’ala turun setiap malam ke langit dunia, hingga tersisa sepertiga akhir malam, kemudian Allah berfirman: barangsiapa yang berdoa, maka akan Aku kabulkan, barangsiapa yang meminta, akan Aku beri dan barangsiapa yang meminta ampun, Aku akan mengampuninya”(HR. Bukhari)
Waktu yang lainnya adalah waktu-waktu di antara adzan dan iqamah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Doa antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak”(HR.Abu Daud, Syaikh Al Albani menilai shahih)
Diantara waktu lain yang mustajab untuk berdoa adalah ketika sujud, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Saat terdekat seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika sujud, maka ketika itu perbanyaklah doa”(HR. Muslim)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam juga bersabda, “Pada hari Jumat, terdapat suatu waktu, yang tidaklah pada waktu itu seorang hamba berdoa meminta kepada Allah, melainkan Allah akan memberinya, beliau berisyarat dengan tangan beliau, menunjukkan betapa singkatnya waktu tersebut. (HR. Bukhari)
Dan waktu-waktu lainnya yang terdapat keterangannya dalam hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam
Menjauhi Perkara-Perkara yang Diharamkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala
Salah satu penghalang terkabulnya doa seorang hamba adalah bergelimangnya hamba tersebut dengan benda-benda dan harta yang diharamkan oleh Allah ta’ala. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pernah mengkisahkan seorang laki-laki yang menempuh suatu perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu, dia menengadahkan kedua tanganya ke langit (berdoa kepada Allah) : Ya Rabbi, Ya Rabbi. Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia tumbuh dengan harta yang haram. Kemudian beliau mengatakan: Bagaimana mungkin doanya bisa dikabulkan? (HR. Muslim)
Syaikh ‘Abdurrazaq Al Badr hafidzohullah menjelaskan bahwa hadits ini juga mengisyaratkan bahwa seorang yang berdoa hendaklah menjauhi kemaksiatan dan segera bertaubat dari kemaksiatan yang dilakukan. (Rekaman ceramah Syaikh ‘Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al Badr dengan judul Fiqhu Ad Dua)
Mengangkat Tangan Ketika Berdoa
Mengangkat tangan dalam berdoa merupakan salah satu tuntutan dalam agama ini. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya Rabbmu itu Maha Pemalu dan Maha Mulia, malu dari hamba-Nya jika ia mengangkat kedua tangannya (berdoa) kepada-Nya kemudian menariknya kembali dalam keadaan hampa kedua tangannya.”(HR. Muslim)
Tidak diragukan lagi bahwa berdoa dengan mengangkat tangan adalah disyariatkan bahkan merupakan sebab terkabulkannya doa. Akan tetapi hal ini menyisakan sebuah pertanyaan, apakah mengangkat tangan disyariatkan dalam setiap doa?
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa doa dalam masalah mengangkat tangan dirinci menjadi tiga rincian. Yang pertama adalah doa yang disyariatkan untuk mengangkat tangan, semacam doa istisqa’ (doa meminta hujan), maka pada doa ini disunnahkan mengangkat tangan. Kedua, doa yang tidak disyariatkan untuk mengangkat tangan, semisal doa-doa di dalam sholat, seperti doa ketika sujud dan doa setelah tasyahud, maka terlarang mengangkat tangan pada keadaan ini. Ketiga, doa yang tidak ada keterangan, apakah mengangkat tangan ataukah tidak, maka doa semacam ini kembali kepada hukum asal adab berdoa, yaitu mengangkat tangan. (Lihat Syarah Arbain Nawawiyah, Ibnu Utsaimin, hal. 173)
Syaikh Ali Hasan Al Halaby hafidzohullahu meringkas, tentang masalah mengangkat tangan ketika berdoa. Intinya, ada tiga keadaan dimana seseorang disyariatkan mengangkat tangan ketika berdoa. Pertama adalah ketika doa istisqa’ (doa meminta hujan), kedua adalah ketika doa qunut dan yang ketiga adalah ketika berdoa dengan doa mas’alah (doa meminta sesuatu kepada Allah). Jenis doa yang ketiga ini, yaitu doa mas’alah tidak terikat dengan waktu maupun tempat, bisa jadi ketika tengah malam, pagi hari, siang hari, di masjid, di rumah atau yang lainnya.
Dalilnya adalah hadits yang telah lewat tentang disyariatkan mengangkat tangan ketika berdoa, doa dalam hadits tersebut adalah doa mas’alah. Sehingga berdoa selain doa mas’alah (meminta sesuatu) tidaklah disyariatkan untuk mengangkat tangan, semisal doa masuk masjid, doa keluar masjid, doa memakai pakaian dan yang semisalnya, maka doa-doa semacam ini tidak disyariatkan mengangkat tangan. (Diringkas dari rekaman ceramah Syaikh Ali Hasan Al Halaby berjudul Ad Dua wa Atsaruhu)
Bagaimanakah jika Seseorang Berdoa dengan Selain Bahasa Arab?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu pernah ditanya tentang hukum berdoa dalam sholat dengan menggunakan bahasa selain bahasa Arab. Beliau menjelaskan, adapun berdoa secara umum (doa di luar sholat), maka boleh dengan bahasa apapun selain bahasa Arab, terlebih lagi jika orang tersebut menjadi lebih tahu dan mantap dengan doa yang dia panjatkan. Karena sesungguhnya Allah ta’ala Maha Mengetahui maksud dan keinginan orang yang berdoa kepada-Nya. (Majmu’ul Fatawa 22/488-489)
Akan tetapi, tidak diragukan lagi bahwa berdoa dengan doa yang disyari’atkan, sebagaimana tercantum dalam Al Quran dan As Sunnah adalah lebih utama. Lafadz-lafadz doa yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam adalah lafadz doa yang paling utama. Oleh karena itu hendaklah seorang muslim senatiasa berusaha untuk berdoa dengan doa-doa yang disyariatkan, yaitu doa yang terdapat dalam Al Quran dan As Sunnah. (Majmu’ul Fatawa, 1/346-348).
Demikianlah apa yang dapat kami nukilkan dari penjelasan para ulama. Semoga dapat memberikan manfaat. Semoga Allah ta’ala menerima setiap amal ibadah dan mengabulkan setiap doa kita. Innallaha mujibud du’at. Wallahu ta’ala a’lamu bi showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar