Sabtu, 21 Mei 2011

Kriteria Seorang Guru Mursyid

Mungkin kita merasa kesulitan apabila harus mencari ayat al-Quran yang berisikan adab terhadap guru. Wabil walidaini ihsana, “Berbuat baiklah kepada kedua orang tua”. Yang dinamakan orang tua itu ada ayah dan ibu yang melahirkan kita. Guru ilmu yaitu guru kita di sekolah dan Guru Ruh. Banyak sekali adab murid terhadap Guru Mursyid. Dijelaskan di dalam kitab al-Anwarul Qudsiyah antara lain : Keyakinan dirimu bahwa gurumu adalah mursyidmu. Mursyid menurut bahasa adalah setiap yang memberi petunjuk. Contohnya kita bertanya kepada seorang tukang becak dimana rumah pak Abdullah karena kita tidak tahu. Kemudia dia menunjukkan maka dia itu seorang mursyid menurut bahasa. Begitu pula yang memberikan pelajaran dan mampu mendidiknya sehingga berakhlak baik maka dia juga mursyid.
Dalam koridor ilmu tasawuf (Tharekat) Mursyid adalah manusia yang atas izin Allah, dia dipertemukan dengan mursid sebelumnya lalu mendapatkan talqin dzikir, mengamalkan tarekatnya dengan benar sehingga sampai tingkatan bersih hatinya terbukti dengan baik akhlaknya terbutki dengan tinggi ilmunya dan tidak mencari murid. Dia mengamalkan untuk dirinya sendiri setelah dilihat oleh orang lain ternyata dia berakhlak mulia berhati bersih arif bijaksana, orang lain minta dibimbing kepada dia. Kemudian dia dilantik secara ruhani oleh silsilahnya maka diikuti oleh orang lain. Calon seorang mursyid itu orang yang atas izin Allah ingin mencari ilmu Allah untuk menjadi hamba Allah yang baik oleh gurunya diberikan ilmu tauhid, fiqih, akhlak, hadits, tasawuf, nahu, sorof dll. Pendeknya seorang mursyid harus seorang yang ‘alim. Oleh Allah masih digerakkan hatinya yang kemudian dipertemukan dengan seorang mursyid. Kemudian tarekatnya diamalkan dengan semua adab-adabnya dengan semangat Wushul Ilallah. Dari sekian ribu bahkan juta muridnya terpilihlah dia. Dipilih oleh Allah melaui gurunya bukan keinginannya sendiri. (karena apabila ada seujung rambut saja dalam hati seorang salik ingin mendapatkan kedudukan dan jabatan maka dia telah gagal, sebelum berangkat).
Kita datang ke Suryalaya seperti seorang pasien datang ke rumah sakit atau seperti mobil yang rusak masuk ke bengkel. Tuga s kita adalah memperbaiki diri dan itu lebih sulit daripada memperbaiki orang lain. Seorang guru mursyid adalah orang yang diberi wewenang oleh Allah untuk membimbing ruh orang lain di bawa melakukan perjalanan dari bumi sampai ke Alam Lahut menembus 4 lapis alam dari bumi sampai langit satu, sampai ke langit tujuh, kemudian menuju Haziz Bainal Haromin dan diserahkan kepada Allah.
Sebagai seorang murid yang sedang belajar tarekat, ambillah lahan apa saja sebagai khidmah. Seperti syaikh Ibrahim mengurus kuda, syaikh Ahmad Kanji yang pekerjaannya mencari kayu bakar padahal dia seorang Hafidz Qur’an, hafal ribuan hadits tapi masih mencari guru mursyid. Ketika gurunya mengetahui hal ini, gurunya memberikan izin. Berbeda dengan guru-guru di Indonesia yang kadang melarang muridnya untuk mencari guru lain. Hal ini bisa kita lihat di dalam manqobah.
Di dalam belajar tarekat semakin tinggi maqomnya semakin hati-hati. Bisa dibayangkan jika kita berada di tempat yang tinggi kemudian jatuh, bagaimana? Diinjak-injak merasa enak-enak saja tidak kemudian marah-marah. Alhamdulillah kita mempunyai Guru Mursyid yang pemaaf. Karena kita sebagai muridnya banyak melakukan kesalahan, tidak taat kepada apa yang diperintahkannya. Kalau boleh saya katakan bahwa Beliau adalah seorang wali. Wali sampai hari kiamat tidak akan berkurang. sebagai referensi dari kitab Iqodul Imam syarah al-Hikam Ibni Athoilah al-Sakandari bagian awal. Kalau dikurangi satu saja di muka bumi ini seorang wali, maka tidak akan turun air dari langit, tidak akan tumbuh pepohonan. Bedanya jika seorang Rasul harus berkata dan mengaku Ana Rosuulu robbik. Kalua wali tidak boleh sesumbar. Seorang wali juga memiliki karomah. Banyak Ikhwan yang sudah merasakan karomatnya termasuk saya (KH. M. Zein ZA. Bazul Asyhab) dan KH. Abdul Gaos. Sebagai contoh ustadz Zuki dari Singapura pernah dilarang berdzikir di mesjid, kemudian pindah kerumah. Di rumah diusir pindah ke pohon. Pohonnya digergaji tapi tidak roboh. itulah karomah dan banyak lagi yang lainnya. Kalau saja saya diijinkan untuk menulis karomah Pangersa Abah saya sudah siap. Dan manaqib Syaikh Abdul Qodir al-Jailani adalah manaqib Beliau juga.
Sebagai hadiah Ulang Tahun saya untuk Pangersa Abah saya akan menyanyikan sebuah lagu. Kok di mesjid nyanyi? Membaca al-Qur’an saja oleh Qori dilagukan! Inilah lagunya : Nun di sana di suryalaya Tasikmalaya. Ada guru, berhati suci berhati mulya. Wajah bersinar dengan sinar ilahi. Senyum tercurah menembus hati, menembus kalbu. Berjuta-juta umat manusia datang padanya. Mohon bimbingan mohon tuntunan. Bersihkan hati tingkatkan iman taqwa pada Ilahi. Gabungkan diri tembuskan hati pada-Mu robi. Oh guruku yang mulya bimbinglah kami. Oh guruku yang agung tuntunlah kami. Oh guruku yang mulya bimbinglah kami. Oh guruku yang agung tembuskan kami.
 Oleh : KH. M. Zein ZA. Bazul Asyhab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar